Sabtu 30 Jul 2016 17:07 WIB

Kepala BIN: Kerusuhan Berbau SARA di Tanjungbalai Aksi Spontan

Rep: Issha Harruma/ Red: Teguh Firmansyah
Sutiyoso
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Sutiyoso

REPUBLIKA.CO.ID, PARAPAT -- Kerusuhan berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) di Tanjung Balai, Sumut disebut merupakan bentuk spontanitas warga. Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso saat mengunjungi Danau Toba di Parapat, Simalungun, Sumut, Sabtu (30/7).

Menurut Sutiyoso, tidak ada perencanaan atau niat atas terjadinya insiden tersebut. Warga, lanjutnya, melakukan aksi tersebut secara spontan. "Itu kan spontanitas, perbuatan yang tidak direncanakan. Salah satu merasa tidak nyaman dengan suara azan lalu secara spontan mendatangi (masjid) dan marah-marah, kan itu masalahnya. Itu terjadi juga reaksi yang spontan dari masyarakat yang mayoritas islam," kata Sutiyoso.

Sutiyoso mengatakan, saat ini, situasi di Tanjung Balai sudah kondusif. Personel Polri dibantu TNI, lanjutnya, sudah bisa mengendalikan kondisi di kota tersebut.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini pun berharap, kericuhan yang terjadi di Tanjung Balai dapat menjadi pelajaran untuk masyarakat dalam menjaga kerukunan umat beragama. "Ini pelajaran lagi ya, karena ini masalah sensitif, masalah agama. Seharusnya ketidaknyamanan disampaikan baik-baik dan diselesaikan dengan cara mufakat," ujar dia.

Sebelumnya, kerusuhan yang dipicu persoalan suku, agama, ras, dan antargolongan terjadi di kota Tanjung Balai, Sumut, Jumat (29/7) pukul 23.30 WIB. Akibat kejadian itu, sejumlah wihara dan klenteng serta sejumlah kendaraan rusak akibat amukan massa.

Baca juga, Situasi di Tanjungbalai Sudah Tenang.

Menurut polisi, kerusuhan tersebut dipicu adanya keberatan dari seorang warga etnis Tionghoa atas volume azan yang dikumandangan di salah satu masjid di Jalan Karya, Tanjung Balai. Nada bicara perempuan berinisial M tersebut saat menegur dinilai kasar dan menyinggung jamaah di dalam masjid.

Informasi itu pun cepat menyebar dan memancing emosi warga. Kericuhan berbau SARA tak terhindarkan. Sejumlah tempat beribadah umat Buddha pun dibakar massa yang emosi.

"Terdapat tujuh orang yang diamankan karena melakukan penjarahan pada saat terjadinya aksi anarkis. Sementara pemicu aksi massa, M dan keluarganya masih diamankan di Polres. Tidak ada korban luka," kata Rina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement