Jumat 29 Jul 2016 14:38 WIB

BPJS Kesehatan Raih Rekor MURI

Pimpinan BPJS Kesehatan Divre V Jabar dan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jabar Netty Prasetiyani Heryawan seusai menyelenggarakan program pemeriksaan IVA dan Papsmear di PT Ultrajaya, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (29/7).
Foto: Sarah Hesti/REPUBLIKA
Pimpinan BPJS Kesehatan Divre V Jabar dan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jabar Netty Prasetiyani Heryawan seusai menyelenggarakan program pemeriksaan IVA dan Papsmear di PT Ultrajaya, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (29/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – BPJS Kesehatan berhasil mencatatkan penyelenggaraan Program Pemeriksaan IVA dan Papsmear terbanyak dalam rekor Museum Rekor Indonesia (MURI). Kegiatan pencanangan dan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) dan papsmear serentak di 1.558 titik se-Indonesia yang dipusatkan di Kupang, Jumat (29/7).

Dalam press release yang diterima Republika, Jumat (29/7), kegiatan itu merupakan hasil kerja sama BPJS Kesehatan dengan Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) kabinet kerja yang dipimpin Ibu Iriana Joko Widodo, Kementrian Kesehatan dan BKKBN. Direktur Teknologi dan Informasi BPJS Kesehatan Wahyudin Bageenda menyebutkan, secara serentak di 1.558 titik berlangsung pemeriksaan IVA dan Papsmear.

Menurutnya, kegiatan tersebut tercatat dalam rekor MURI sebagai penyelenggaraan Program Pemeriksaan IVA dan papsmear serentak terbanyak di Indonesia. Kata dia, jumlah kasus kanker serviks (terhitung Januari - Juni 2016) di tingkat pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan mencapai 45.006 kasus dengan total biaya sekitar Rp 33,4 miliar.

Sementara di tingkat rawat inap, ungkap dia, terdapat 9.381 kasus dengan total biaya sekitar Rp 51,3 miliar. ‘’Deteksi dini kanker serviks masuk dalam skema pembiayaan program JKN-KIS yang ingin melakukan deteksi dini kanker serviks tidak perlu lagi mengeluarkan uang,’’ ujarnya.

Direktur BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengungkapkan, kanker serviks tidak menimbulkan gejala dan sulit terdeteksi pada stadium awal. Oleh karena itu, papar dia, sebaiknya melakukan screening kesehatan melalui layanan kesehatan deteksi dini yang disediakan BPJS Kesehatan.

Kanker serviks, ungkap Fachmi, umumnya baru terdeteksi ketika sudah stadium lanjut. Jika sudah stadium lanjut, kat dia, maka proses pengobatan menjadi lebih sulit dan biaya pengobatanya lebih mahal. Meski demikian, sambung Fachmi, dibandingkan dengan jenis kanker lainnya, kanker serviks sebetulnya paling mudah dicegah dan dideteksi.

Caranya dengan melakukan deteksi dini dan pemberian vaksinasi. Untuk mengantisipasi terjadinya kanker serviks, peserta JKN-JIS dapat memeriksakan diri terhadap resiko penyakit kanker leher rahim ini di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau sarana penunjang lain yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

Sampai dengan Juni 2016, menurut Fachmi, deteksi dini yang dilakukan BPJS Kesehatan dengan metode IVA telah berhasil menjangkau 21.146 peserta, sementara papsmear berhasil menjangkau 37.256 peserta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement