Jumat 29 Jul 2016 13:22 WIB

Pemeriksaan Papsmear dan IVA Pecahkan Rekor MURI

Warga Kupang memeriksakan papsmear di Kupang, NTT, Kamis (28/7)
Foto: ist
Warga Kupang memeriksakan papsmear di Kupang, NTT, Kamis (28/7)

REPUBLIKA.CO.ID,KUPANG — Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan Papsmear dilakukan serentak di 1.558 titik pelayanan pemeriksaan di seluruh indonesia pada Jumat (29/7).  Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatat pemeriksaan IVA dan Papsmear itu sebagai  pemeriksaan terbanyak dan serentak yang pernah dilakukan pemerintah. 

Direktur Utama PT BPJS Kesehatan Fachmi Idris menjelaskan, total target peserta dalam kegiatan ini sebanyak 27 ribu orang untuk Pemeriksaan IVA dan 10.275 untuk Papsmear. Kegiatan ini terselenggara dengan kerja sama antar BPJS Kesehatan, Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) dan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

“Kita tentu tidak berhenti disini. Mencegah lebih baik dari mengobati,”kata Fachmi saat meresmikan pelaksanaan pemeriksaan IVA dan Papsmear serentak di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (29/7). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui dan mendeteksi adanya kanker leher rahim/kanker mulut rahim. Jenis kanker tersebut sering terjadi pada perempuan dalam usia reproduksi. Kanker serviks juga terbukti menjadi penyebab kematian nomor satu di antara jenis kanker yang menyerang perempuan. 

Dia menjelaskan, jumlah kasus kanker serviks pada Januari-Juni 2016 di tingkat pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan mencapai 45.006 kasus dengan total biaya sekitar Rp 33,4 miliar. Sementara itu, pada tingkat rawat inap ada 9.381 kasus dengan total biaya Rp 51,3 miliar. Dia menjelaskan, deteksi dini kanker serviks masuk dalam skema pembiayaan program Jaminan Keluarga Nasional (JKN-KIS). Dengan demikian, peserta JKN-KIS yang hendak mendeteksi kanker serviks secara dini tak perlu mengeluarkan uang. 

“Sebagai informasi, kanker serviks tidak menimbulkan gejala dan sulit terdeteksi pada stadium awal.  Karena itu kita melakukan screening kesehatan melalui layanan kesehatan deteksi dini,”kata dia. Untuk mencegah terjadinya kanker serviks, peserta JKN-KIS dapat memeriksakan diri terhadap risiko penyakit tersebut di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). Sampai Juni 2016, dia menjelaskan, deteksi dini yang dilakukan melalui BPJS Kesehatan dengan metode IV sudah menjangkau 21.146 peserta. Sementara, papsmear menjangkau 37.256 peserta. 

Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya menjelaskan, kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor dua pada perempuan setelah kanker payudara. Dia pun mengatakan, NTT merupakan provinsi tertinggi untuk kasus kanker serviks hingga menyebabkan risiko kematian kepada ibu.  Meski demikian, kata dia, pemprov terus berusaha untuk menurunkan jumlah kasus tersebut dengan melakukan program revolusi kesehatan ibu dan anak. “Perlu terobosan untuk bisa menurunkan angka kematian ibu dan bayi,”kata dia.

Untuk itu, gubernur mengimbau kepada kaum ibu agar rutin memeriksakan diri ke puskesmas setempat. Dia pun meminta kepada bupati dan wali kota untuk memperhatikan program kesehatan reproduksi untuk kaum perempuan.

Ketua Umum Tim Penggerak PKK Erni Guntarti Tjahjo Kumolo menjelaskan, pemeriksaan IVA dan papsmear serentak tersebut direncanakan pada 24 April 2016.  Pemeriksaan serentak itu dilakukan untuk mencegah kematian akibat kanker sejak dini. Meski demikian, Erni menjelaskan, pemeriksaan IVA dan serviks masih terkendala di faktor budaya. Banyak perempuan yang masih merasa tabu untuk memeriksakan alat kelaminnya demi kesehatan. “Jangan lagi ada tabu,”kata dia. 

Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty mengungkapkan, pihaknya memiliki kepentingan agar kesehatan reproduksi ibu terjaga. Dengan demikian, keluarga yang sehat pun bisa terwujudkan. Dalam pemeriksaan serentak ini, kata Surya, BKKBN juga memberikan pendidikan Keluarga Berencana (KB) dan alat kontrasepsi untuk warga. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement