REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Kabut asap yang menutupi beberapa titik di kota Pekanbaru, Riau, sudah terjadi dalam empat hari ini. Pada pagi hingga siang hari kabut terlihat tipis dan baru tebal pada sore hari.
Warga Pekanbaru, Teja Fatta, mengatakan pada pekan-pekan sebelumnya kabut asap belum muncul. Bahkan, ketika musim kemarau dengan suhu tinggi pada Ramadhan lalu tidak menimbulkan adanya kabut asap.
"Padahal sejak Ramadhan sudah terjadi kebakaran hutan dan lahan tetapi baru beberapa hari ini saja kabut asap muncul," kata Teja di Pekanbaru, Jumat (29/7).
Ia mengaku selama empat hari ini belum perlu memakai masker termasuk pada sore hari meski kabut asap sudah tebal. Jarak pandang di jalan masih jauh dan pernapasan juga belum terganggu.
Jika dibiarkan, Teja menegaskan, kabut asap ini akan semakin tebal setiap harinya. Ia meminta aparat bertindak lebih tegas dalam menghukum para pelaku pembakaran hutan dan lahan ini. Menurut Teja, kebakaran hutan dan lahan ini lebih banyak dilakukan secara sengaja daripada karena faktor alam.
Ia bercerita. Pada kebakaran hutan parah tahun lalu, hampir semua keluarganya sakit pernapasan. Semua aktivitas berhenti dan Pekanbaru berubah menjadi kota zombie. Saat ini. Aktivitas masih normal, termasuk sekolah masih berjalan seperti biasa.
Titik asap juga menyelimuti Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, sejak Jumat pagi. Kabut asap yang tebal ini menyebabkan tertundanya penerbangan Garuda jurusan Pekanbaru-Jakarta, yang seharusnya diberangkatkan pada pukul 08.30 WIB berubah menjadi 11.15 WIB.pesawat baru mendarat di Pekanbaru pada pukul 10.30 WIB.
Otoritas Bandara Sultan Kasim mengumumkan keterlambatan penerbangan itu terjadi karena alasan cuaca. Namun demikian, sejumlah penerbangan lain tetap beroperasi normal meski kabut asap terlihat tebal di langit sekitar Pekanbaru.
Penumpukan penumpang terjadi di ruang tunggu bandara akibat keterlambatan ini. Beberapa penumpang memilih keluar bandara mencari tempat makan atau minum yang lebih luas.
Mia, pegawai restoran Bandara Sultan Syarif, mengatakan selimut kabut asap baru terjadi Jumat ini. Sebelumnya, kata dia, bandara tidak pernah ditutupi kabut asap setebal ini. "Dari minggu-minggu lalu tidak pernah terjadi meski sempat panas tinggi," kata Mia.
Titik api di hutan dan lahan di Sumatra semakin banyak saat memasuki musim panas Juni lalu. Ada lebih 50 titik api di Sumatra, yang terbesar ada di Riau dengan rata-rata di atas 30 titik api. Riau memiliki lahan gambut sekitar 5,7 juta hektare yang kondisinya mudah terbakar.