REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Musim kemarau yang diselingi hujan dengan intensitas rendah dan tinggi membuat luas lahan tanaman tembakau di Kabupaten Sleman turun drastis. Hal tersebut terjadi lantaran kemarau basah menyebabkan kualitas tembakau turun. Sehingga banyak petani yang memilih untuk beralih menanam komoditas lain.
Kepala Seksi (Kasi) Bina Produksi Bidang Kehutanan dan Perkebunan Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman, Siti Rochayah memprediksi penurunan lahan tembakau mencapai 50 persen dari tahun lalu, yakni sebesar 1.320 hektar. Namun karena konsumen hanya akan membeli 25 persen dari hasil produksi, ia memperkirakan penurunan luas lahan tanam dapat berkurang lagi.
“Kita juga sudah mengadakan pertemuan dengan petani, mitra tembakau, dan juga BMKG. Begitu mendapat informasi jika tahun ini kemarau basah. Kita segera mengimbau agar petani mengurangi jumlah lahan tembakau," kata Siti saat ditemui di kantor dinasnya Kamis (28/7).
Menurutnya hal tersebut dilakukan untuk mencegah kerugian bagi petani. Selain itu, intensitas curah hujan yang masih cukup tinggi membuat jadwal tanam tembakau jadi mundur. Di mana seharusnya pembibitan dilakukan April, malah baru bisa dilakukan Mei. Sehingga penanaman tembakau baru bisa dilakukan Juli.
Pada Juli ini pun hujan masih sering turun. Sehingga bibit-bibit tembakau yang sudah ditanam malah hilang terbawa arus air hujan. Maka itu banyak petani yang beralih memilih menanam komoditas lain. “Kondisi cuaca ini membuat petani berpikir ulang. Antara mau menanam jagung atau tembakau,” kata Siti.
Meski begitu, ia mengatakan, di Sleman masih ada beberapa daerah yang memungkinkan untuk ditanami penanaman tembakau. Antara lain wilayah dengan kondisi geografis relatif lebih kering, yakni Kecamatan Seyegan, Ngemplak, Kalasan, Prambanan, dan Tempel.
Sedangkan daerah yang tidak disarankan menanam tembakau meliputi Kecamatan Moyudan, Cangkringan, Minggir, Moyudan dan Gamping tidak disarankan. "Mengingat lokasi-lokasi tersebut termasuk daerah tadah hujan," tutur Siti.
Bendahara Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Sleman, Supardi menuturkan, di lapangan penurunan lahan tanam tembakau sudah terjadi. Bahkan menurutnya, saat ini lahan yang ditanami tembakau hanya 30 persen dibanding dengan tahun lalu.
Misalnya, di Dusun Bakalan, Desa Donoharjo, Kecamata Ngaglik, petani hanya menanam tembakau seluas 5.000 meter persegi. Padahal tahun lalu laham tembakau bisa berkisar antara tiga sampai empat ektare. Hal ini, ia akui, terpaksa dilakukan untuk menghindari kerugian di tengah cuaca seperti sekarang. “Sebelumnya memang sudah ada imbauan dari Dinas Pertanian untuk mengurangi lahan tanam,” kata Supardi.
Pasalnya untuk menghasilkan tembakau berkualitas tinggi dibutuhkan cuaca kemarau yang normal. Dimana suhu panasnya tidak terlalu berlebihan. Supardi mengatakan, kemarau basah juga sempat terjadi pada 2010. Di mana hampir seluruh petani mengalami kerugian. Di Sleman sendiri terdapat 50 kelompok petani tembakau, dengan anggota masing-masing kelompok mencapau 50 orang petani.