Rabu 27 Jul 2016 18:55 WIB

Kehadiran Wiranto dan Sri Mulyani Membuat Arah Kabinet Kerja Menjadi tak Jelas

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Beberapa meteri baru perombakan Kabinet Kerja ke-2 mengikuti pelantikan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu (27/7). (Republika/Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Beberapa meteri baru perombakan Kabinet Kerja ke-2 mengikuti pelantikan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu (27/7). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti mengatakan kehadiran Wiranto dan Sri Mulyani menjadikan arah Kabinet Kerja menjadi tidak jelas. Menurut dia, Wiranto sejatinya sudah pensiun, bahkan dari dunia politik.

Kenyataannya, Wiranto malah ditarik kembali oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ke dalam kabinet. "Para penggiat HAM (hak asasi manusia) tentu akan bertanya-tanya pada pilihan Jokowi. Padahal, salah satu janji Jokowi adalah penegakan HAM," kata Ray kepada Republika.co.id, Rabu (27/7).

Dia pun mempertanyakan apakah ini merupakan sinyal bahwa Jokowi akan menduakan persoalan HAM dan regenerasi politik. "Di sini, wajah akomodasi politik jelas terlihat," ujarnya.

Begitu pula dengan Sri Mulyani. Publik pasti masih mengingat kasus yang terjadi di era Sri Mulyani, yakni bocornya dana talangan Bank Century.

Menurut dia, pengangkatan Sri Mulyani di dalam kabinet ekonomi seperti memberi sinyal bahwa skandal Bank Century juga akan dilupakan di era Jokowi. "Dengan bergabungnya Sri Mulyani dalam kabinet Jokowi seperti memberi sinyal sayonara untuk pengungkapan skandal besar itu," kata dia.

Pengangkatan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan juga sekaligus memberi sinyal bahwa rezim Jokowi seperti mengabaikan pentingnya penegakan hukum atas kasus ini. Ray menyebut reshuffle ini tak sepenuhnya untuk kepentingan Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement