REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Hanura Yuddy Chrisnandi mengaku mendapatkan tawaran dari Presiden Joko Widodo untuk tetap membantu pemerintah selepas menanggalkan jabatannya sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Tawaran itu disampaikan Presiden Jokowi kepada Yuddy kala memanggil sejumlah menteri ke Istana Negara, Selasa (26/7) malam.
"Jadi prosesnya itu semalam saya diminta bertemu dengan pak presiden. Saat bertemu beliau, beliau menyampaikan bahwa ada situasi internasional, tekanan ekonomi global, kondisi dan situasi politik nasional yang mengharuskan pemerintah melakukan percepatan dan perubahan, sehingga pak presiden mengatakan kepada saya mohon maaf," kata Yuddy di kantor Kementerian PANRB, Jakarta, Rabu (27/7).
Yuddy mengatakan, pernyataan presiden kepada dirinya terhenti pada kata mohon maaf. Namun dirinya sudah bisa memahami maksud presiden ingin menggantinya dari kursi kabinet.
"Presiden tidak meneruskan permohonan maafnya, tapi saya paham. Saya lalu mengatakan kepada pak presiden tidak ada masalah sama sekali, saya ikhlas dan bahkan berterima kasih kepada beliau sudah diberikan kesempatan membantu kabinet selama kurun waktu hampir dua tahun," ujar Yuddy.
Selanjutnya dalam pertemuan yang dihadiri Wapres Jusuf Kalla dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno itu, Yuddy mengaku turut menyampaikan permohonan maafnya manakala ada hal-hal tidak berkenan serta ada harapan presiden yang tidak terlaksana selama dirinya menjabat Menteri PANRB. Yuddy juga menyampaikan pandangannya untuk kebaikan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.