Rabu 27 Jul 2016 10:48 WIB

Waspadai Penyusupan Radikalisme pada Anak Usia Dini

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Angga Indrawan
Radikalisme(ilustrasi)
Foto: punkway.net
Radikalisme(ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Radikalisme di ranah ilmu sosial dinilai bukanlah konsep yang asing lagi. Disiplin politik, sosiologi dan sejarah sudah sejak berabad-abad yang lalu menggunakan istilah ini untuk menelaah fenomena sosial tertentu.

Peneliti Merapi Cultural Institute (MCI) Gendhotwukir mengatakan Khusus untuk radikalisme agama, istilah ini menjadi fenomenal dan populer di abad ini seiring dengan masifnya serangan bom kaum radikal yang mengguncang berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Radikalisme agama telah menjadi acaman global.

"Khusus di Indonesia, kini ada fenomena menarik yaitu adanya upaya penyusupan radikalisme agama melalui dunia pendidikan usia dini," ujarnya, Rabu (27/7).

Kelompok-kelompok radikal ini menanamkan ajaran radikal pada anaknya selama menjalani pendidikan formal sejak usia dini. Bukti konkretnya, kata dia, berdalih sesuai ajaran agama, anak-anak kecil dilarang bersalaman dengan guru perempuannya dan dilarang ikut acara keagamaan sekolah meski seagama dengan dalih beda aliran. Bahkan, penyusupan itu konkret dengan kehadiran buku-buku yang berbau radikalisme seperti yang beredar dari Solo ke sejumlah daerah tak sebatas di Depok.

Dia menyebut di sejumlah sekolah sudah muncul gerakan terselubung dari kelompok tertentu yang menanamkan paham-paham anti keberagaman. "Anak-anak ini benar-benar didoktrin secara radikal. Kondisi ini sangat berbahaya dan korban indoktrinasi radikal inilah embrio-embrio kaum radikal yang ke depannya sangat berbahaya," kata dia. Oleh sebab itu, dunia pendidikan di Indonesia harus benar-benar peka dan jeli dengan realitas ini.

Menurut Gendhotwukir, radikalisme di setiap agama berkembang ketika mereka yang pemahaman agamanya sempit dan sepotong-sepotong bertemu guru yang menjerumuskan berjihad melawan pihak lain. Yang seolah-olah menghalangi upaya menegakkan kekuasaan dan kedaulatan Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari.

"Sejatinya radikalisme itu memiliki pilar evaluasi, penolakan dan perlawanan terhadap kondisi yang sedang berlangsung. Dengan kata lain, radikalisme itu tidak muncul tanpa sebab," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement