REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur PT Eka Sari Lorena Transport, Eka Sari Lorena mengatakan, angkutan Lebaran berbasis jalan raya tidak lebih baik dibanding tahun sebelumnya.
"Siapa berani mengatakan, angkutan Lebaran tahun 2016 ini lebih baik? Mungkin, angkutan udara, angkutan kereta api, dan angkutan penyeberangan lebih baik. Namun, angkutan bus tidak lebih baik. Ini terbukti dengan kemacetan total hingga puluhan kilometer di Brebes Timur," ujarnya di Jakarta, Kamis (21/7).
Ia menceritakan perjalanan mudik Jakarta-Solo yang menempuh waktu selama 34 jam. Eka juga menyoroti ketidaksiapan banyak pihak di sepanjang jalur mudik, mulai dari ketiadaan MCK, restoran hingga SPBU yang penuh sesak.
Berbeda dengan perjalanan pesawat udara yang minim intervensi, untuk perjalanan mudik melalui jalan raya dilalui dengan kondisi jalan yang tidak terlalu bagus. Seharusnya, dibutuhkan perhatian ekstra sejak berbulan-bulan sebelum arus mudik lebaran. Ia menilai, pemerintah tidak menaruh perhatian lebih pada angkutan di jalan raya.
"Tetapi tiba-tiba pemerintah mengecek kelaikan, dan menghentikan operasional angkutan bus untuk mudik tanpa memberikan solusi," kata dia mengungkapkan.
Artinya, ketika angkutan bus dinilai mengalami penurunan penumpang sebanyak 5,99 persen, mantan ketua umum Organda itu menyebut, belum tentu terjadi penurunan animo penumpang untuk naik bus saat arus mudik dan balik Lebaran 2016. "Namun, uji kelaikan oleh pemerintah yang dilakukan tiba-tiba dan tanpa solusi telah membatalkan perjalanan sehingga mempengaruhi volume penumpang yang terangkut," ucap dia.
Eka menilai, kemacetan parah di pintu keluar Brebes Timur atau Brexit telah menyebabkan puluhan unit bus terjebak. "Armada bus kami tidak dapat mengantar penumpang ke tujuan, di sisi lain menjadi tidak dapat mengantarkan pemudik untuk kloter selanjutnya dari Jabodetabek," katanya.