Selasa 19 Jul 2016 16:28 WIB

Polisi: Kami Hanya Mencegah Separatisme

Red: Ilham
Sejumlah anggota kepolisian berjaga di depan Asrama Mahasiswa Papua di Yogyakarta, Jumat (15/7).
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Sejumlah anggota kepolisian berjaga di depan Asrama Mahasiswa Papua di Yogyakarta, Jumat (15/7).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Karo Ops Polda DIY, Kombes Bambang Pristiwanto mengatakan, penjagaan polisi terhada asrama mahasiswa Kamasan, Papua di Yogyakarta selama dua hari lebih dilakukan sebagai upaya pencegahan adanya gerakan separatisme.

"Ada rencana mahasiswa Papua akan menggelaar aksi Papua Merdeka dengana long march dari asrama ke Titiik Nol Yogyakarta. Kita hanya berupaya mencegah itu dengan tidak membolehkan mereka keluar dari asrama," ujarnya saat  jumpa pers terkait pengamanan asrama Kamasan Papua di Jalan Kusumanegara, Yogyakaarta, Kamis-Jumat (14-15), lalu.

Jumpa pers dilakukan di Polresta Yogyakarta, Selasa (19/7). Hadir dalam kegiatan ini Kapolresta Kota Yogyakarta AKBP Tommy Wibisono dan Kabid Humas Polda DIY AKBP Anny Pudjiastuti.

Menurut Bambang, penjagaan polisi di asrama tersebut hanya dilakukan agar mahasiswa tidak jadi menggelar aksinya di Titikk Nol. "Tidak benar ada blokade, kita hanya menahan mereka agar tetap berada dalam asrama. Ada memang penjagaan di beberapa titik untuk memeriksa mahasiswa di luar asrama yang akan bergabung. Tetapi itu untuk memeriksa adanya atribu seperatisme yang dibawa," ujarnya.

Dikatakan Bambang, saat pemeriksaan tersebut ada salah satu mahasiswa menggunakan kendaraan bermotor tanpa helm dan SIM maupun STNK. Ini temuan pelanggaran lalu lintas. Namun saat dilakukan proses penilangan, mahasiswa tersebut memukul aparat kepolisian yang merupakan perwira Polresta Yogya. "Medapati temannya dipukul, anggota lain membantu jadi tidak ada aksi penyerangan," katanya.

Bambang juga membantah jika mahasiswa Papua di asrama tersebut kelaparan akibat penjagaan tersebut. "Banyak saksinya bahkan wartawan sendiri melihat banyak yang keluar masuk asrama membawa makanan dan minuman," katanya.

Bahkan, kata dia, masyarakat ada yang memgantar makanan dari pintu belakang dan itu juga pesanan mahasiswa tersebut. Menurut Bambang, dari hasil pemeriksaan awal pihakya mengamankan beberapa batang anak panah dan pentungan dari para mahasswa tersebut. "Untuk bendera separatisme tidak ditemukan saat kejadian, karena kami tidak melakukan pemeriksaan dalam asrama," ujarya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement