Selasa 19 Jul 2016 14:50 WIB

Uji DNA pada Santoso Tetap Diperlukan

Pimpinan kelompok teroris di Poso, Santoso (ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Pimpinan kelompok teroris di Poso, Santoso (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Rudy Sufahriadi mengatakan tim DVI Polri akan melakukan uji deoxyribonucleic acid (DNA) terhadap dua jenazah yang diduga sebagai buronan terorisme Santoso dan Basri.

"Tim DVI Polri sudah di Palu untuk menunggu jenazah di Rumah Sakit Bhayangkara Palu," kata Rudy di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan uji DNA itu dilakukan untuk memastikan secara ilmiah dan hukum tentang identitas kedua jenazah. Namun, Rudy tidak bisa memastikan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan uji DNA karena tim dokter yang melakukan uji DNA belum bekerja.

"Tidak sampai seminggu. Hasil uji DNA tergantung dokter," kata mantan Kapolres Poso itu.

Dia sudah meminta Wakapolda Kombes Pol Leo Bona Lubis untuk membantu tim DVI mengambil sampel DNA anak Santoso dan Basri. Kendati masih menunggu uji DNA, namun Rudy sudah meyakini kedua jenazah adalah Santoso dan Basri berdasarkan hasil identifikasi manual.

Sebelumnya, Satgas Tinombala dari unsur Yonif 515 Kostrad terlibat kontak tembak dengan lima kelompok bersenjata di Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah, Senin (18/7) sore. Dua anggota kelompok bersenjata yang diduga Santoso dan Basri tewas sedangkan tiga orang termasuk dua wanita berhasil lolos.

"Dua wanita itu diduga istri Santoso dan Basri," kata Rudy.

Ia menjelaskan 21 buronan terorisme di Poso saat ini berpencar menjadi dua kelompok yakni kelompok yang dipimpin Santoso dengan jumlah anggota lima orang sedangkan 16 orang lainnya dipimpin oleh Ali Kalora.

"Di kelompok Ali Kalora ada wanita yang merupakan istrinya, sedangkan 15 lainnya laki-laki," katanya.

Ia mengatakan jika Santoso dan Basri dipastikan tewas maka kekuatan kelompok ini akan menurun karena keduanya adalah tokoh senior. Untuk itu, Rudy meminta anggota kelompok lain menyerahkan diri ke polisi dan polisi menjamin hak-haknya selama proses hukum. Menurut dia, satu warga asing dari etnis Uighur, China, diduga masih bergabung dengan kelompok ini di Poso.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement