Senin 18 Jul 2016 23:02 WIB

Curahan Hati Para Ibu yang Anaknya Divaksin Ulang

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: M.Iqbal
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Menteri Kesehatan Nila F Moeloek (kiri) berbincang dengan orangtua korban vaksin palsu saat meninjau pelaksanaan vaksinasi ulang di Puskesmas Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, Senin (18/7).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Menteri Kesehatan Nila F Moeloek (kiri) berbincang dengan orangtua korban vaksin palsu saat meninjau pelaksanaan vaksinasi ulang di Puskesmas Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, Senin (18/7).

REPUBLIKA.CO.ID,

Wajah Nova Rosyita (29 tahun) tampak tegang selama menemani putrinya, Noviah A, (1 tahun), mengikuti vaksinasi ulang di Puskesmas Ciracas, Jakarta Timur, Senin (18/8). Dia tidak menghiraukan butir-butir keringat yang membasahi wajahnya karena sibuk menenangkan sang anak.

Meski begitu, warga Pasar Rebo, Jakarta Timur ini tetap sabar mengikuti proses vaksinasi ulang. Tahapan pendaftaran administrasi, penimbangan berat badan, konsultasi hingga penyuntikan tetap dijalani dengan penuh kesabaran.

Usai menjalani vaksin ulang, Rosyita menuturkan kekhawatirannya menjadi orangtua dari anak yang menerima vaksin palsu. "Saya tegang karena memikirkan kesehatan anak. Setelah divaksin, kondisi tubuhnya baik. Hanya saja, Noviah sering mengalami diare, pencernaannya sensitif," ujar Rosyita, Senin (18/7).

Rosyita mengungkapkan, anaknya mendapat vaksin di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur. Ia dan suami pada awalnya percaya karena berdasarkan pengalaman keluarga, RS tersebut terpercaya saat memberikan layanan kesehatan.

Selama melaksanakan vaksinasi di RS Harapan Bunda pun, lanjut Rosyita, tidak ada kejanggalan yang berarti. Noviah disuntik vaksin oleh dokter.

Sebelum disuntik, suster Irna yang kini menjadi salah satu tersangka kasus vaksin palsu memberikan vaksin kepada dokter yang menyuntik Noviah. Usai disuntik, Rosyita diminta membayar biaya sekitar Rp 600 ribu ke bagian administrasi yang ruangannya berada di samping ruang dokter.

"Yang menerima uang itu perawat Irna sendiri. Saya juga membayar lagi di kasir depan," kata Rosyita.

Saat itu, dirinya sama sekali tidak memiliki pikiran negatif tentang proses vaksinasi oleh dokter.

Dia mengira biaya imunisasi dengan harga vaksin memang dibedakan pembayarannya. Hanya saja, Rosyita mendadak khawatir saat ada pemberitaan mengenai vaksin palsu.

Ketika pihak kepolisian menetapkan perawat Irna sebagai salah satu tersangka, dia dan suaminya merasa sangat khawatir kepada kekebalan tubuh anaknya. Rosyita yang mengikuti perkembangan penanganan kasus vaksin palsu ini pun berinisiatif segera mendaftarkan anaknya saat pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membuka layanan vaksinasi ulang.

"Saya dan suami pada Jumat (15/7) mencari informasi tentang vaksinasi ulang dan langsung mendaftar ke Puskesmas Ciracas. Setelah hari ini anak saya disuntik vaksin, saya lega. Semoga kekebalan tubuhnya terbentuk dengan baik," ujar Rosyita.

Kekhawatiran atas kekebalan tubuh anak juga dirasakan Sutijah (33 tahun) yang ketiga anaknya mendapat vaksin dari klinik Bidan Elly di Ciracas. Pada Senin, Sutijah mengantarkan putri bungsunya, Alisha RA, (1 tahun), menjalani vaksinasi ulang di Puskesmas Ciracas.

Sutijah mengakui jika Alisha sering sakit meski telah mendapatkan vaksin dari Bidan Elly. Baru tiga bulan setelah disuntik vaksin, anak perempuan itu mengalami batuk, pilek dan flu.

"Saya bawa ke dokter, tetapi setelah obatnya habis kembali flu. Sembuhnya pun cukup lama," ungkap Sutijah. Anak pertama dan keduanya pun mengalami hal serupa.

Menurut Sutijah, anak pertamanya juga sering jatuh sakit. Bahkan, anak keduanya pun kini mengalami gangguan pada lambung.

"Tapi kami tidak mau berburuk sangka apakah ini semua karena vaksin palsu atau memang daya tahan tubuh anak kami lemah. Yang penting, anak bungsu saya kini sudah dapat vaksin yang asli. Semoga kesehatannya stabil kedepannya," ujar Sutijah.

Pada Senin, Alisha mendapat suntik vaksin Pentabio dan vaksin tetes polio. Untuk selanjutnya, Sutijah belum akan mengikutkan kedua kakak Alisha ke menjalani vaksinasi ulang.

Kedua anak tertuanya akan diikutkan program imunisasi selanjutnya. Saat disinggung tentang pilihannya melakukan vaksin di klinik Bidan Elly, Sutijah mengaku karena pertimbangan jarak dari rumahnya yang memang dekat.

Sejak hamil anak pertama, tutur dia, Sutijah sudah berkonsultasi, melakukan persalinan dan vaksin di klinik Bidan Elly.

Berdasarkan pantauan Republika, pada Senin pagi ada 36 anak yang menjalani vaksinasi ulang di Puskesmas Ciracas. Menurut Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Djuwita F Moeloek, ada 197 anak yang nantinya akan divaksin ulang di Ciracas.

Mereka adalah anak-anak yang menerima vaksin palsu dari klinik Bidan Elly. Vaksinasi akan dilakukan secara bertahap mulai Senin.

"Vaksinasi ulang ini gratis dan menggunakan vaksin asli dari pemerintah. Bagi orangtua yang sudah terdaftar dan belum menjalani vaksin hari pertama, silakan menanti di hari selanjutnya," ujar Nila usai meninjau vaksinasi ulang di Puskesmas Ciracas. Vaksinasi ulang juga ditinjau langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Presiden mengimbau masyarakat tetap tenang menanti perkembangan penanganan kasus vaksin palsu. Sebab, penanganan oleh Polri maupun satgas memerlukan pencermatan dan waktu yang tidak singkat.

Vaksinasi ulang juga dilakukan di RSU Kecamatan Ciracas pada Senin pagi. Dari 19 anak yang mendatangi RSU, hanya 13 anak yang mekakukan vaksinasi ulang. Sebanyak enam anak tidak melakukan jadi vaksin ulang karena setelah berkonsultasi mereka tidak terpapar vaksin palsu.

Hingga Senin sore, masih ada tiga orangtua yang berniat mengantarkan anak-anaknya melakukan vaksin ulang. Sayangnya, waktu vaksinasi ulang di RSU Kecamatan Ciracas sudah selesai.

Proses vaksinasi ulang hanya dilaksanakan pada Senin sejak pukul 08.00 WIB - 12.00 WIB. Kepada //Republika//, salah satu orang tua yang datang pada sore hari, Rusdiana (30 tahun), mengaku ingin berkonsultasi kepada tim dokter.

Dia merasa khawatir jika anaknya ikut terpapar vaksin palsu. "Anak saya vaksin di RS ini. Saya takut hanya ingin memastikan saja, apakah perlu dia mendapat suntik vaksin ulang atau tidak," tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement