REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perwakilan orang tua korban vaksin palsu pada akhir pekan ini berinisiatif mendirikan posko Crisis Center di RS Harapan Bunda, Ciracas, Jakarta Timur. Tujuan pendirian posko itu adalah untuk menampung aspirasi mereka selaku konsumen yang merasa dirugikan akibat kasus tersebut.
Salah satu perwakilan orang tua korban, August Octavianus Siregar mengatakan, pembentukan posko Crisis Center RS Harapan Bunda diharapkan bisa mengungkap jumlah riil pasien yang menjadi korban vaksin palsu di RS itu.
"Sampai pukul 17.00 WIB sudah ada 300 lebih orang tua korban yang melaporkan diri ke posko yang kami dirikan, dan kemungkinan masih akan terus bertambah jumlahnya mengingat peredaran vaksin palsu ini sudah berlangsung sejak 2003," ujar August kepada Republika.co.id, Ahad (17/7).
Manajemen RS Harapan Bunda sebelumnya mengklaim peredaran vaksin palsu di RS itu berlangsung antara Maret-Juni 2016. Adapun soal jumlah korban, pihak pengelola rumah sakit menyebut ada 60 pasien yang terindikasi menerima vaksin palsu di RS itu selama periode tersebut.
Sementara, informasi dari Satgas Kementerian Kesehatan menyebutkan, sampai pada Sabtu (16/7) malam sudah ditemukan sedikitnya 44 sampel pasien yang dipastikan menerima vaksin palsu dari satu orang dokter RS Harapan Bunda berinisial I.
"Kami akan terus pantau perkembangan kasus ini. Kami tidak yakin jumlah korban vaksin palsu di RS Harapan Bunda hanya 60 orang, karena tidak mungkin hanya satu dokter di RS ini yang terlibat," ucap August.
Kementerian Kesehatan sebelumnya merilis 14 nama fasilitas layanan kesehatan penerima vaksin palsu. Di antara daftar itu terdapat nama RS Harapan Bunda, Ciracas, Jakarta Timur.