Jumat 15 Jul 2016 17:45 WIB

Kemarau Tiba, Sumsel Waspada Karhutla

Rep: Maspril Aries/ Red: Andi Nur Aminah
Personel Satgas Kebakaran Lahan dan Hutan (Karlahut)  menyelesaikan pembuatan Kanal Blocking
Foto: Antara/Rony Muharrman
Personel Satgas Kebakaran Lahan dan Hutan (Karlahut) menyelesaikan pembuatan Kanal Blocking

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan (Pemprov Sumsel) pasca Hari Raya Idul Fitri, Jumat (14/7) menggelar rapat perdana pengendalian kebakaran hutan lahan (Karhutla). Rapat tersebut berlangsung di kantor Badan Pengendalian Bencana Daerah (BPBD) Sumsel.

Rapat dipimpin Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Sumsel Mukti Sulaiman dihadiri sejumlah lembaga yang berkompeten. Di antaranya Kepala BPBD Sumsel Yulizar Dinoto, Kepala Dinas Kehutanan Sumsel Sigit Wibowo, Komandan Korem 044/Garuda Dempo Kol Inf Kunto Arif Wibowo, Komandan Pangkalan Udara Palembang Kol Pnb Ronal Lucas Siregar dan Wakil Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Sumsel AKBP Zulkarnain.

“Rapat hari ini untuk mendapat masukan dari semua pihak terkait pengendalian serta penanganan kebakaran hutan dan lahan yang kemungkinan akan terjadi saat musim kemarau. Beberapa hari terakhir di Sumsel suhu udara mulai meningkat sehingga perlu ada kesiapan khusus untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya kebakaran lahan dan lahan,” kata Yulizar Dinoto.

Kol Inf Kunto Arif Wibowo yang juga Komandan Satuan Tugas (Satgas) Pengendalian Karhutlah mengatakan, kebakaran lahan perlu dicermati bersama. "Kebakaran terjadi karena kelalaian dan kesengajaan yang dilakukan. Tidak benar kalau disebut karena faktor alam, oleh karenanya perlu ada upaya tegas dalam upaya pencegahannya," ujarnya.

Sementara itu menurut Kepala Seksi Informasi dan Observasi BMKG SMB II Agus Santosa, wilayah Sumsel sudah mulai memasuki musim kemarau dan cenderung mulai memasuki cuaca ekstrem. Tingkat kelembaban cuaca akhir Juni sampai Juli telah kering karena mencapai 50 persen.

Walau belum terpantau adanya kabut asap, Agus Santosa mengingatkan, harus waspada dan melakukan antisipasi. Mengingat suhu udara sudah mulai panas khususnya pada wilayah lahan gambut yang ada di Sumsel. Khususnya di Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Musi Rawas Utara mengingat sudah sekitar 20 hari di kawasan tersebut tidak hujan.

“Saat ini hot spot yang terbentuk di beberapa lokasi masih belum membahayakan dan sebagai indikatornya bahwa fenomena asap dan jarak pandang di bandara masih normal,” ujar Agus.

Selain itu menurut Informasi dan Observasi BMKG SMB II, kondisi saat ini patut diwasdai mengingat Juli sampai September diperkirakan curah hujan semakin menurun. Sedangkan pada Oktober hingga Desember baru hujan lagi.

“Faktor cuaca global juga yang harus dicermati karena ada pergeseran jika dibandingkan pada 2015 dari fenomena El Nino menjadi La Nina. Sehingga suplai air hujan akan terus melemah dari Juli hingga September bahkan hingga November,” ujarnya.

Hujan yang akan turun di Sumsel masuk kategori hujan dengan intensitas rendah yakni 100 mililiter/bulan. Juga hujan dengan curah tinggi selama Juni hingga Agustus diperkirakan hanya 20 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement