Jumat 15 Jul 2016 16:05 WIB

BMKG: Lahan Gambut Sumsel Rawan Terbakar

Red: M Akbar
Lokasi lahan gambut yang dibakar di kawasan Nyaru Menteng, Kelurahan Tumbang Tahai, Kecamatan Bukit Batu, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Rabu (28/10).
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Lokasi lahan gambut yang dibakar di kawasan Nyaru Menteng, Kelurahan Tumbang Tahai, Kecamatan Bukit Batu, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Rabu (28/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan lahan gambut Kabupaten Banyuasin dan Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan, rawan terbakar sebab sudah 20 hari tidak hujan.

Kondisi ini patut diwasdai mengingat pada Juli hingga September diperkirakan curah hujan semakin menurun, dan pada Oktober hingga Desember baru hujan lagi, kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi BMKG Sultan Mahmud Badaruddin II Agus Santoso pada rapat koordinasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Gedung BPBD Sumsel, Jumat (15/7).

Faktor cuaca global juga harus dicermati karena ada pergeseran jika dibandingkan tahun lalu yakni dari fenomena La Nino menjadi La Nina sehingga suplai air hujan akan terus melemah dari Juli hingga September, bahkan hingga November.

"Akan tetapi, suplai uap air ke Samudra Hidia ditandai masih negatif, artinya meski musim kemarau masih ada kemungkinan hujan pendek," kata dia.

Namun, proses pembentukan awan ini diperkirakan akan terjadi pada 40 hari ke depan ke utara atau tidak meliputi Sumatera. (Baca: Jumlah Hotspot di Sumsel Berkurang)

Hujan yang bakal berlangsung ini juga masuk kategori hujan dengan intensitas rendah yakni 100 mililiter/bulan, sedangkan hujan dengan curah tinggi selama Juni hingga Agustus diperkirakan hanya 20 persen.

"Sejauh ini hotspot yang terbentuk di beberapa lokasi masih belum membahayakan dan sebagai indikatornya bahwa fenomena asap dan jarak pandang di bandara masih normal," kata dia.

Sumatera Selatan melakukan rapat koordinasi dengan para pemangku kepentingan meliputi, TNI, Polri, Pemprov, BPBD, BMKG, Dishut, Disbun, dan perusahaan dan asosiasi pengusaha hutan untuk mencegah karhutla 2016.

Daerah ini fokus pada upaya pencegahan setelah sempat menarik perhatian dunia pada saat peristiwa karhutla pada 2015 dengan terbakarnya 736.563 hektare lahan dan 74 persennya berada di dalam area konsesi perkebunan HTI.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement