REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manajemen RS Harapan Bunda di Ciracas, Jakarta Timur, akhirnya mengakui adanya peredaran vaksin palsu di lingkungan rumah sakit mereka.
Untuk itu, mereka meminta maaf kepada para pasien yang merasa dirugikan atas kasus tersebut.
"Terkait peredaran vaksin palsu itu, kami dari RS Harapan Bunda merasa prihatin. Kami meminta maaf," ujar Direktur Rumah Sakit Harapan Bunda, Dokter Fina, di hadapan puluhan orang tua yang anaknya menjadi korban penggunaan vaksin palsu di RS itu, Kamis (14/7) malam.
Fina pun tak menampik informasi yang menyebutkan adanya oknum pegawai RS yang terlibat dalam peredaran vaksin abal-abal di lingkungan instansi yang ia kelola itu. Menurut dia, kasus tersebut sudah ditangani oleh aparat hukum.
"Memang benar, hasil pemeriksaan Bareskrim Mabes Polri dan Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa ada oknum di RS Harapan Bunda yang mengedarkan vaksi palsu. Saat ini kasusnya sedang diusut oleh pihak berwenang," ujarnya.
Fina menjelaskan, vaksin palsu yang beredar di RS Harapan Bunda berjenis vaksin pediacel. Vaksin ini merupakan vaksin kombinasi yang merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi terhadap organisme penyebab penyakit difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), polio, dan infeksi Hib. Vaksin-vaksin palsu tersebut, kata dia, beredar di RS Harapan Bunda dari Maret-Juni 2016.
Kementerian Kesehatan sebelumnya merilis 14 nama fasilitas layanan kesehatan penerima vaksin palsu. Di antara daftar itu terdapat nama RS Harapan Bunda Ciracas Jakarta Timur.