Senin 11 Jul 2016 13:55 WIB

Pemerintah Sebut Tol tak Didesain untuk Arus Mudik Lebaran

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nur Aini
Kendaraan pemudik mengantre menuju pintu gerbang tol Cipali Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, Minggu (10/7).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Kendaraan pemudik mengantre menuju pintu gerbang tol Cipali Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, Minggu (10/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) menyebut tol tidak didesain untuk mengantisipasi arus mudik Lebaran. Jalan tol dinilai akan lancar dalam kondisi normal.

Ketika mudik Lebaran 2016, Kepala BPJT Herry Trisaputra Zuna mengatakan animo masyarakat yang tinggi menggunakan jalan tol telah diprediksi. Tol pun sanggup menampung volume kendaraan. Tapi ketika memasuki jalan arteri, di sanalah yang kerap mengundang macet karena kapasitasnya tidak sebanding.

Oleh karena itu, sembari menunggu evaluasi, pemerintah berkomitmen untuk mempercepat pembangunan tol Trans Jawa agar beban keluar Tol Brebes bisa terbagi kala mudik dihadapi lagi.

"Kita akan dorong tidak ngumpul di Brebes, tapi bisa lanjut ke Pejagan-Pemalang-Batang sampai Semarang," kata kepada Republika.co.id, Senin (11/7). Pada 2017, diharapkan ada jalan yang tersambung. Saat ini pemerintah tengah mengupayakan pembebasan lahan agat konstruksi jalan segera terealisasi.

Ia menegaskan, BPJT sejak awal telah memperkirakan lonjakan kendaraan di tol selama arus mudik 2016 berkaca dari pengalaman tahun sebelumnya. Hasilnya, data tersebut tidak terlalu berbeda sehingga efektif menjadi acuan.

Salah satu penyebab kemacetan yakni hambatan di ujung tol Brebes akibat kendaraan melintas tanpa hambatan dari Jakarta. Ketika kendaraan datang ke pintu keluar tol bersamaan, terjadilah penumpukan. Biasanya, kata dia, kendaraan harus melewati beberapa gerbang, beberapa kali berhenti, sehingga sampai ke ujung lebih lama.

Menurutnya integrasi tol merupakan strategi yang baik. Menghilangkan gerbang tol yang tidak perlu juga merupakan suatu keniscayaan. "Kendaraan di ujung (exit tol) lebih cepat, di gerbang awal dibatasi, jangan sampai mereka sampai bersamaan agar tidak menumpuk, masalahnya seperti itu," ujarnya.  

Hambatan lainnya yakni jalan penyambung setelah tol yang kapasitasnya tidak sebanding dengan tol. Misalnya ketika terjadi antrean kendaraan di Brebes timur hampir 20 kilometer disebabkan adanya pertemuan dengan Pantura yang memiliki kapasitas jalan hanya dua lajur serta arteri hambatan jalan arteri yang tinggi.

Begitu pun untuk antrean di Pejagan hingga 40 kilometer. "Karena bertemu jalan dua lajur dua arah, ditambah terhambat rel kereta api dan yang lainnya," ujarnya.

Terkait evaluasi pelaksanaan Mudik Lebaran 2016 via tol menunggu arus balik usai. Pemerintah melalui Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) saat ini masih menghimpun data-data berdasarkan kejadian selama mudik dan balik 2016 untuk mendapatkan pola. Koordinasi akan dilakukan dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Korlantas, dan stakeholder lainnya. "Evaluasi belum, nanti kita lakukan bersama tim," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement