Sabtu 09 Jul 2016 00:10 WIB

Melipat Rezeki dari Tikar Kelas Ekonomi

Tikar. Ilustrasi
Foto: Republika/Edwi Dwi Putranto
Tikar. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pagi bahkan belum bergulir menjadi siang di Pelabuhan Penyeberangan Feri Bolok Tenau Kupang. Namun ibu separuh baya itu sudah mulai menyusun rapi sejumlah tikar dagangannya di pojokan ruang tunggu pelabuhan penyeberangan.

Ia terlihat sigap, menyusun dua jenis tikar menjadi terpisah secara perlahan-lahan. Di satu sisi, tertutup kurang lebih 10 lembar tikar anyaman. Di sisi lainnya tersusun sebuah tikar yang terbuat dari bahan sintetis.

Usai merapikan, ia mengambil sebotol air minum. Sembari meredakan dahaga, mata ibu dua anak ini terlihat waspada. Pandangan dijuruskan pada sejumlah kapal Feri, yang akan bertolak ke beberapa pulau di NTT.

Siang akhirnya menyapa. Matahari mulai menyengat ubun-ubun kepala ketika Ester Radja, nama Si Ibu, tiba-tiba menegakan kaki dan bergegas beranjak ke dermaga itu.  

"Yang akan ke Pulau Sabu Raijua kapalnya sebelah kanan, yang mau ke Lembata dan Adonara ferinya sebelah kiri," terdengar suara dari operator ASDP sedikit memekakan telinga. Pada Senin (8/7) itu, terlihat puluhan pemudik mulai berdesak-desakan berbaris menunggu tiketnya diperiksa oleh petugas ASDP cabang Kupang.

Ester langung bergerak menuju ke dua kapal yang akan dinaiki para pemudik. Langkahnya sesaat terhenti di persimpangan antara kapal yang akan ke Sabu dan Lembata. Raut wajahnya terlihat ragu.  

"Bapak, kapal yang akan berangkat lebih dahulu yang mana ya," tanya Ester kepada seorang petugas ASDP penjaga karcis masuk pelabuhan tersebut.

"Yang sebelah kanan Mama, yang mau ke Sabu Raijua. Jam 12.00 Wita sudah  bertolak," jawab petugas karcis mengenakan papan nama bertulikan Samuel. Ester, yang hari itu mengenakan baju kemeja lengan panjang kotak-kotak, topi coklat, sarung tangan motif zebra lantas melesat ke arah kapal disebut petugas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement