Jumat 08 Jul 2016 15:11 WIB

Pemerintah Harus Antisipasi 'Jalur Neraka' Saat Liburan

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Karta Raharja Ucu
Kendaraan padat merayap dari arah pintu keluar Brebes Timur menuju Tegal, Tegal, Jawa Tengah, Kamis (7/7). (Republika/Wihdan Hidayat)
Kendaraan padat merayap dari arah pintu keluar Brebes Timur menuju Tegal, Tegal, Jawa Tengah, Kamis (7/7). (Republika/Wihdan Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus kematian akibat kemacetan parah di Tol Brebes tidak boleh dibiarkan. Pemerintah dan Polri harus mengevaluasinya.

"Jika tidak, kasus ini akan menjadi fenomena, mengingat makin banyaknya kota besar Indonesia yang mengalami kemacetan parah dan makin banyak 'jalur-jalur neraka' jika liburan tiba," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, Jumat (8/7).

Menurut dia, Polri sebagai instansi yang bertugas melakukan rekayasa lalu lintas jangan bersikap 'cuci tangan' dengan membuka polemik. Namun harus mencari solusi dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah.

"Misalnya apakah sudah perlu membatasi jumlah kendaraan secara ketat atau melakukan moratorium industri otomotif agar kemacetan lalu lintas tidak makin menggila," ujar Neta. IPW pun menilai Polri seharusnya minta maaf kepada publik, khususnya kepada keluarga korban yang meninggal di 'jalur neraka' mudik Lebaran 2016.

Seperti diberitakan sebelumnya, kemacetan arus mudik di pintu keluar Tol Brebes Timur, Jawa Tengah, 'memakan' korban. Data Pemerintah Kabupaten Brebes, 12 orang meninggal diduga tidak kuat menghadapi macet.

Hingga kini jumlah korban yang tercatat adalah 18 orang meninggal dunia. Ada 12 orang meninggal diduga karena kelelahan, empat orang karena kecelakaan lalu lintas, satu orang karena tertabrak kereta api, dan satu orang terkena setrum. Ada 12 orang pemudik yang meninggal, dan enam lainnya adalah warga lokal atau non-pemudik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement