REPUBLIKA.CO.ID, KARO -- Umat Muslim pengungsi erupsi Gunung Sinabung berharap dapat merayakan Hari Raya Idul Fitri di rumah masing-masing tahun depan. Mereka berharap tidak lagi merasakan Lebaran di posko pengungsian.
Salah seorang pengungsi dari desa Kuta Tengah, kecamatan Simpang Empat, Ratnawati (50) mengatakan, selama berada di posko pengungsian, ibadah di bulan Ramadhan yang ia kerjakan kurang maksimal.
"Enaknya di rumah sendirilah atau di kampung karena bisa terlaksana semua ibadah, teraweh, puasanya, sahur, dan lainnya," kata Ratnawati saat ditemui Republika di posko kantor serikat majelis wilayah Gereja Pantekosta di Indonesia, Desa Ndokum Siroga, Simpang Empat, Rabu (6/7).
Perempuan yang biasa disapa Wati ini mengatakan, ada sekitar 173 orang yang tinggal di posko tersebut. Sekitar 20 orang dari total pengungsi tersebut beragama islam.
Selain alasan beribadah, keinginan Wati dan pengungsi lain untuk segera direlokasi dari posko adalah suasana perayaan Lebarannya. Jika di rumahnya di kampung, ia bisa merayakan Idul Fitri dengan menyediakan berbagai panganan dan pernak pernik khas Lebaran, namun di posko pengungsi yang ditempati sekarang, ia tidak bisa melakukan hal tersebut.
"Nggak ada lontong, nggak ada kue. Sebenarnya bisa masak lontong, cuma di sini kan ramai, nggak enak sama yang bukan muslim. Namanya bukan rumah kita sendiri," ujar dia menjelaskan.
Wati berharap pemerintah akan segera merelokasi pengungsi sejumlah desa yang hingga saat ini masih berada di posko. Namun, Wati mengatakan, ia dan pengungsi lain masih berharap agar dapat kembali ke kampung mereka masing-masing. "Semoga gunungnya cepat sembuh, jauh dari erupsi karena emang lebih enak di kampung lah," kata Wati.