REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Novelis Asma Nadia mengungkapkan keluh kesahnya melihat perkembangan generasi muda Indonesia, terutama remaja Muslim. Remaja Muslim saat ini lebih suka menonton drama dan film dengan gaya barat yang mengumbar aurat daripada film yang bergenre ketimuran yang menjaga aurat.
Berikut ini adalah keluh kesah lengkap Asma Nadia yang dikirim ke redaksi Republika.co.id, Rabu (6/7).
Sering saya terhenyak menyaksikan Muslimah berjilbab berbondong-bondong menonton film yang mengumbar aurat, dengan joke dewasa dan bertaburan nilai yang tidak islami. Khususnya ketika pada saat bersamaan ada film religi yang sedang tayang.
Apakah Muslimah berjilbab kita tak menemukan apa yang dicarinya dalam film religi yang dihadirkan? Pertanyaan yang terus mendera ini mendorong saya bersikap lebih kritis saat novel saya difilmkan. Saya meminta dilibatkan dalam proses diskusi tahapan skenario. Saya berusaha sebisanya berada di lokasi syuting, semata mengawal agar pesan dalam tulisan tetap tampil dengan baik dalam format visual.
Hal lain yang saya cermati memastikan nilai-nilai kebaikan/Islami yang dihadirkan tidak terkemas secara menggurui. Pikir saya, siapa pun tak suka digurui. Termasuk memastikan unsur hiburan dan juga tawa sesekali agar film lebih berwarna serta tidak menjemukan.
Alhamdulillah film kemudian 'Assalamualaikum Beijing' dan 'Surga yang Tak Dirindukan' mendapat sambutan hangat. Bahkan, SYTD menjadi film terlaris di tanah air pada 2015. Bahagia menemukan banyak hijabers/jilbaber menikmati filmnya, ikut menangis menahan haru.