REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Anak Indonesia menginstruksikan semua dokter spesialis anak anggota organisasi tersebut untuk memeriksa sumber pembelian vaksin bila hendak memberikan imunisasi pada anak menyusul kasus pembuatan vaksin palsu.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu (1/7) dijelaskan sumber pembelian vaksin harus dari distributor resmi atau dinas kesehatan sehingga terhindar dari vaksin palsu.
IDAI menegaskan bila dokter merasa ragu maka pemberian vaksin ditunda hingga keaslian vaksin dapat dipastikan. Sementara itu kepada orang tua atau masyarakat bila hendak melakukan vaksinasi bagi anak, meminta kepada dokter atau tenaga kesehatan yang akan melakukan tindakan imunisasi agar memeriksa keutuhan vial, etikat vaksin, tanggal kadaluarsa, penanda suhu dan tampilan fisik vaksin seperti warna cairan, kejernihan cairan dan endapan.
Sebagai upaya mencegah keresahan dan kesimpangsiuran informasi mengenai dampak vaksin palsu, IDAI membuka layanan konsultasi masyarakat melalui forum tanya jawab berbasis laman media sosial Facebook.
Saat ini belum diperoleh keterangan resmi mengenai detil hasil penyelidikan seperti distribusi vaksin, data pembeli, ciri vaksin, kandungan vaksin, dan lain sebagainya.
Kandungan vaksin palsu yaitu sediaan berlabel vaksin yang ditemukan di tempat kejadian perkara, hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan khusus yang dilakukan di laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Belum adanya laporan resmi mengenai kandungan sediaan berlabel vaksin tersebut, maka sediaan tersebut saat ini dianggap sebagai vaksin tidak berkhasiat.
IDAI juga meminta kepada masyarakat untuk menghubungi tenaga kesehatan dan dokter bila khawatir atau ingin melakukan pemeriksaan apakah anak mendapat vaksin palsu sebagai salah satu upaya pencegahan.