Kamis 30 Jun 2016 16:29 WIB

Bio Farma Jamin tak Ada Vaksin Palsu dalam PIN

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Dirut Bio Farma Iskandar menjelaskan tentang pemalsuan vaksin pada konferensi pers terkait vaksin palsu, di Bio Farma, Kota Bandung, Kamis (30/6).   (Republika/Edi Yusuf)
Foto: Republika/ Edi Yusuf
Dirut Bio Farma Iskandar menjelaskan tentang pemalsuan vaksin pada konferensi pers terkait vaksin palsu, di Bio Farma, Kota Bandung, Kamis (30/6). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Peredaran vaksin palsu kian meresahkan. Bio Farma sebagai salah satu produsen vaksin di Indonesia ikut angkat suara. Bio Farma, memastikan vaksin produksi Bio Farma yang digunakan oleh pemerintah untuk Program Imunisasi Nasional (PIN) yaitu Vaksin Pentabio (DTP-HB-Hib), DT, Td, TT, Hepatitis B, Campak, Polio dan BCG aman. Menurut Dirut Bio Farma, Iskandar, berdasarkan pengamatan fisik, kemasan dan hasil uji laboratorium, vaksin Bio Farma yang diduga palsu adalah asli dan tak dipalsukan.

"Tak ada vaksin yang dipalsu. Yang dipalsukan itu, serum," ujar Iskandar kepada wartawan, Kamis (30/6).

Iskandar mengatakan serum dan vaksin adalah berbeda. Vaksin berfungsi untuk kekebalan. Sedangkan serum, untuk pengobatan. Vaksin sulit dipalsukan sebab bekas botolnya tak bisa diisi ulang.

Vaksin, kata dia, merupakan produk yang tidak dapat dijual bebas. Vaksin Bio Farma, kata dia aman digunakan untuk program imunisasi nasional. Pendistribusiannya melalui Dinas Kesehatan Provinsi. Untuk sektor swasta, didistribusikan melalui distributor resmi dengan mengimplementasikan cold chain yang konsisten dan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) sehingga terjaga kualitas, keamanan dan efektivitasnya.

"Bio Farma, hanya memiliki lima distributor resmi," katanya.

Bio Farma, kata dia, mendukung dan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak Bareskrim POLRI untuk menangani dan mengusut tuntas kasus vaksin palsu tersebut. Sedangkan untuk produk serum dan diagnostik produksi Bio Farma seperti BIOSAT (Serum Anti Tetanus), BIOSAVE (Serum Anti Bisa Ular), dan Tuberculin PPD yang dipalsukan, saat ini sedang dalam penanganan Bareskrim Polri.

"Masyarakat agar tidak ragu untuk mengimunisasi putra putrinya dengan vaksin yang menjadi program Pemerintah, baik di Rumah Sakit, Puskesmas, posyandu, maupun di klinik," ujar dia.

Sebagai langkah antisipasi dan evaluasi agar tidak terjadi lagi peredaran vaksin palsu, setiap fasilitas layanan kesehatan dan pusat imunisasi baik Pemerintah maupun swasta, dia menyarankan agar memiliki prosedur dan fasilitas pengelolaan dan pengendalian limbah Vaksin / wadah bekas vaksin yang digunakan atau vaksin yang kadaluwarsa. Dia juga mendukung dan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak Bareskrim POLRI untuk menangani dan mengusut tuntas kasus vaksin palsu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement