REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri, Brigjen Agung Setyo mengatakan jaringan penjualan vaksin masih terus dikejar. Pasalnya masyarakat masih kesulitan untuk membedakan vaksin palsu dan asli.
Agung menjelaskan cara pasti untuk mengetahui vaksin tersebut asli atau tidak dengan membawa vaksin tersebut ke laboratorium. Alasannya karena efek vaksin tersebut belum bisa diketahui kecuali anak tersebut terkena kuman.
"Baru nanti setelah ada kuman yang menyerang, baru nampak dia terserang vaksin palsu," ujar Agung Bareskrim Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (27/6).
Agung juga menjelaskan pembuatan vaksin-vaksin palsu tersebut berasal dari barang-barang bekas seperti botol dan cairan yang didapatkan pelaku dari beberapa rumah sakit. Namun untuk mengetahui faktanya kata Agung perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut. "Kita lihat saja nanti kelanjutannya, apakah nanti tukang sampahnya (Rumah Sakit) juga terlibat atau tidak," kata dia.
Agung melanjutkan Selasa (28/6) besok akan melakukan pertemuan dengan sejumlah pihak terkait temuan vaksin palsu tersebut. Yakni kementerian kesehatan, balai POM, dan Pabrik pembuat vaksin. "Kita akan bicarakan besok dalam rapat kita besok," ujarnya.
Adapun hal-hal yang dibahas kata Agung yakni langkah-langkah pencegahan yang harus lakukan. Seperti antisipasi dan langkah kongkret terkait pencegahan penyebaran vaksin palsu yang sudah cukup luas tersebut. "Ini tentunya perlu langkah cepat," ujar Agung.