REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Daging sapi impor di pasar tradisional sekitar Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, kurang diminati karena kebanyakan konsumen di daerah itu menginginkan daging sapi segar.
Hal itu diungkapkan oleh para pedagang daging saat Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto bersama Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengunjungi Pasar Leuwipanjang, Purwakarta, Kamis (23/6).
"Keterangan dari pedagang, daging yang mereka jual itu bukan daging sapi impor. Tapi daging sapi lokal," kata Novanto.
Hingga kini daging sapi impor masih belum masuk ke pasar sekitar Purwakarta, karena pedagang di daerah itu lebih memilih menjual daging sapi lokal dibandingkan daging sapi impor.
Di antara alasan pedagang di daerah itu tetap menjual daging sapi lokal, karena jika menjual daging sapi impor pembelinya sepi. Lagi pula, konsumen daging sapi kebanyakan penjual bakso atau sate maranggi.
"Para pedagang menyebutkan kalau daging impor itu tidak bisa diolah menjadi bakso dan sate. Jadi konsumen di Purwakarta memilih daging lokal yang segar," kata dia.
Saat ini harga daging sapi lokal di Purwakarta bervariasi, mulai dari Rp70 ribu hingga Rp110 ribu per kilogram.
Ia berharap harga daging sapi lokal tidak terus mengalami kenaikan, apalagi menjelang lebaran. Jika harganya terus melonjak, itu akan menyulitkan masyarakat.
"Kita berharap pemerintah terus berupaya menstabilkan harga daging serta harga kebutuhan pokok lainnya," kata dia.
Sementara itu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang menemani Novanto selama mengunjungi pasar tradisional di sekitar Purwakarta, menilai pemerintah melakukan impor daging karena merasa terdesak atas kondisi kebutuhan daging.
Tetapi ia menyarankan agar impor tersebut bukan dagingnya, tetapi sapi utuh, sehingga tetap segar dagingnya meski harus dijual di dalam negeri.
"Lebih bagus lagi, yang diimpor itu berbentuk sapi bunting atau anak sapi, sehingga dipotongnya bisa dilakukan di dalam negeri untuk kemudian dibawa ke pasar," kata dia. (KR-MAK)