Selasa 21 Jun 2016 02:08 WIB

Ikan dan Sayur Berformalin Masih Ditemukan

Pengolahan ikan. Ilustrasi
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Pengolahan ikan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Ikan dan sayuran berpengawet formalin masih ditemukan di pasar modern Kota Palembang, meski sejak sepekan terakhir sudah dilakukan beberapa kali inspeksi mendadak oleh petugas dari pemerintah provinsi.

Ikan dan sayuran berformalin itu masih dijumpai di Pasar Lemabang dan Pasar Sako serta satu pasar retail modern di kawasan Sako Palembang, Senin (20/6), oleh tim inspeksi.

Kabid Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Sumsel, Rusmaladewi mengatakan meski masih ditemukan tapi secara kadar makin berkurang.

Sebelumnya di beberapa pasar tradisional ditemukan ikan, cumi dan udang berformalin dengan kadar yang berat, dan juga dua pasar retail modern disidak ditemukan bahan perikanan berformalin.

"Sidak hari ini lebih memperlihatkan perubahan. Hari ini, komoditi ikan lebih sedikit ditemukan yang berformalin dengan persentase formalin lebih rendah," kata dia.

Hasil sidak untuk komoditas perikanan lebih banyak ditemukan yang berformalin dari pada komoditi perternakan, seperti di Pasar Lemabang didapati udang basah, udang paname dengan ukuran sedang berformalin dijual satu pedagang.

Sementara di Pasar Sako ditemukan udang laut krosok, ikan sepat dan ikan asin yang mengandung formalin dan di pasar retail modern Gaint ditemukan ikan peda positif berformalin. "Hasil tes kadar formalinnya hanya sekitar 0,1-0,45 persen atau lebih rendah dibandingkan temuan kadar formalin pada komoditas lainnya," kata dia.

Selain kadar formalin, tim yang terdiri atas gabungan kedinasan di Pemprov Sumsel dan instansi struktural seperti Balai Karantina Ikan menemukan jenis sayuran megandung bahan berbahaya, seperti di Pasar Sako ditemukan sayur buncis masih berkadar pestisida cukup kuat.

Formalin akan bereaksi dengan protein pada produk perikanan dan jenis pangan lainnya, sehingga akan sangat masuk ke dalam tubuh karena menjadi zat raektif dapat menghentikan sistem kerja enxim sehingga tubuh akan kaku dan berpotensi meghasilkan kanker. "Dalam jangka waktu yang lama bisa merusak organ hati, jantung, otak, limpa, ginjal dan syaraf," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement