REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia mengingatkan negara-negara di dunia tindak pidana korupsi seperti penyuapan dalam dunia usaha sangat meresahkan karena berdampak besar pada kondisi kemanusiaan global.
"Dampak korupsi tetap mencengangkan. Menurut perkiraan terbaik, pebinis dan individu bisa membayar suap secara total hingga 1,5 triliun dolar AS setiap tahun. Ini adalah sekitar 2 persen PDB global, dan 10 kali lebih besar dari nilai bantuan pembangunan ke luar negeri," kata Chief Administrative Officer (CAO) Grup Bank Dunia Shaolin Yang dalam keterangan tertulis, Rabu (15/6).
Shaolin Yang juga mengungkapkan, dampak korupsi kepada kehidupan umat manusia juga sangat meresahkan. Menurut dia, ketimpangan atau kesenjangan pendapatan yang dipicu oleh aktivitas korupsi kerap terlihat berdampak kepada hal lain. Contohnya anak-anak yang tidak menerima vaksin yang diperlukan, atau proyek pembangunan jalan dan bangunan yang dibangun di bawah standar.
"Kami kerap berkata bahwa korupsi mencuri dari orang miskin dua kali, pertama dengan mencuri sumber daya yang seharusnya dapat mencapai tujuan yang dimaksudkan. Kedua, mencuri melalui hasil layanan dasar di bawah standar yang mempengaruhi kehidupan mereka dalam jangka panjang," katanya.
Untuk itu, ia mengemukakan bahwa cara terbaik dalam memberantas korupsi adalah adanya lembaga berbasis hukum dan kompeten sebagai dasar pemberantasan korupsi. Sebuah negara butuh untuk membuat dan menegakkan beragam aturan dan sistem guna mencegah korupsi.