Jumat 10 Jun 2016 17:12 WIB

Waspada, Gelombang Tinggi Masih Mengancam Wilayah Pesisir Indonesia

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Bayu Hermawan
Gelombang tinggi
Foto: treehugger.com
Gelombang tinggi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) masih meminta kewaspadaan masyarakat pesisir wilayah Indonesia yang menghadap Samudra Hindia.

Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG Yunus S Swarinoto, ketinggian rata-rata gelombang di perairan selatan Jawa, Bali, kepulauan Nusa Tenggara, hingga Maluku Selatan bisa mencapai lima meter. Hal yang serupa juga berlangsung di pesisir barat Sumatra.

Potensi gelombang tinggi diperkirakan terjadi setidaknya hingga Ahad (12/6) mendatang. Warga, khususnya nelayan, diminta hati-hati ketika akan melaut.

Itu akibat fenomena penjalaran alun (swell) yang dibangkitkan dari pusat tekanan tinggi subtropis di barat daya Australia. Secara rinci, ujar Yunus, warga di pesisir utara dan Barat Aceh serta barat Nias-Mentawai diminta waspada.

Kemudian juga, warga pesisir Bengkulu, Kepulauan Enggano, barat Lampung, serta pesisir selatan Pulau Jawa, Pulau Bali, dan Kepulauan Nusa Tenggara. Apalagi, pada Juli nanti, Indonesia akan dihampiri fenomena La Nina.

Berkebalikan dengan El Nino, La Nina membawa uap air dalam jumlah yang signifikan. Sehingga, potensi hujan meningkat. Pada Juli nanti, La Nina akan dirasakan mulai dari tingkat lemah ke moderat.

"Pengaruh jelang La Nina cuma ada (ditandai dengan) terjadi hujan di musim kemarau," kata Yunus S Swarinoto dalam pesan singkatnya, Jumat (10/6).

Adapun di pantai utara Jawa, lanjut Yunus, masih terjadi kenaikan tinggi permukaan air laut akibat fenomena normal bulanan spring tide. Itu ketika bumi, bulan, dan matahari berada dalam satu garis lurus.

Namun, fenomena tersebut terjadi berbarengan dengan anomali positif tinggi muka air laut di wilayah Indonesia, sekitar 15-20 cm. Akhirnya, marak terjadi banjir rob di pantura Jawa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement