REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menetapkan Siaga 1 menghadapi gelombang pasang yang menerjang kawasan pantai selatan.
Kepala BPBD Kulon Progo Gusdi Hartono mengatakan saat ini gelombang laut mencapai tujuh meter atau lebih tinggi dibandingkan pada Rabu (8/6) yang berkisar lima hingga enam meter. "Kami telah menerima pemberitahuan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta yang menyatakan gelombang pantai selatan sangat tinggi hingga empat hari ke depan," katanya di Kulon Progo, Kamis (9/6).
Ia mengatakan, dampak gelombang tinggi laut selatan dirasakan di empat wilayah selatan Kulon Progo, di antaranya Pantai Trisik, Bugel, Glagah, dan Congot. Di daerah Bugel, gelombang pasang merusak lahan pertanian, warung-warung, dan menara mercusuar. Di Trisik tujuh perahu terkena ombak dan rusak, lima tambak juga kena tapi udangnya bisa diamankan, sedangkan di Glagah merendam lapak-lapak pedagang. Ada puluhan lapak dan kios yang terendam.
"Kami terus melakukan pemantauan. Sekali lagi kita berhadapan dengan alam, dan pada umumnya kami tidak bisa berbuat banyak. Saat ini hanya mencoba mengantisipasi jangan sampai ada korban jiwa, dan kalau bisa mengurangi nilai kerugian material," ujar dia.
Ketua Tagana Dinas Sosial DIY Doni Kristanto mengatakan sejak Rabu (8/6), pihaknya melakukan pemantauan di seluruh pantai di DIY, meliputi Gunung Kidul, Bantul, dan Kulon Progo. Hingga kini, tidak ada korban jiwa, sedangkan gelombang pasang baru merusak bangunan fisik dan menyebabkan kerugian materiil.
Dia mengatakan di Kulon Progo lokasi yang terdampak parah adalah Pantai Trisik, Bugel, Congot dan Glagah. "Tingkat kerusakan nyaris sama seperti di Gunung Kidul dan Bantul, ombak merusak warung-warung di tepi pantai, peralatan nelayan, dan menyebabkan abrasi garis pantai," katanya.