Kamis 09 Jun 2016 13:38 WIB

BMKG: Banjir Rob Akibat Pasang Maksimum

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Angga Indrawan
  Warga melintas di genangan banjir rob di kawasan pasar ikan Pelabuhan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (8/6). (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Warga melintas di genangan banjir rob di kawasan pasar ikan Pelabuhan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (8/6). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan, banjir air laut (banjir rob) yang melanda sejumlah titik di pantai utara Jawa disebabkan kawasan itu tak mampu mengantisipasi pasang air laut maksimum. 

Rendahnya permukaan tanah dibandingkan permukaan air laut menyebabkan banjir rob tak terhindarkan. Pasang air laut maksimum (spring tide) terjadi lantaran fenomena bulan baru dan bulan purnama. Saat itu, posisi bumi, bulan dan matahari terletak dalam suatu garis lurus. 

Menurut Kepala Sub-Bidang Informasi BMKG, Harry Tirto Djatmiko, berdasarkan data Dinas Hidro-Oseanografi, pasang air laut akibat bulan baru akan berakhir pada 10 Juni nanti. Sementara itu, pada 17-23 Juni mendatang, pasang air laut maksimum terjadi lantaran itulah fase berlangsungnya bulan purnama.

Tinggi permukaan air laut antara lain dipengaruhi fenomena astronomis. Artinya, kedudukan bumi, bulan, dan matahari mempengaruhi besaran gravitasi terhadap tinggi permukaan air laut.

“Pasang air laut maksimum (terjadi) karena peristiwa astronomi gaya tarik bulan dan dalam posisi (astronomis) matahari-bumi-bulan. Itu kalau bulan baru. Kalau bulan purnama, matahari-bulan-bumi,” ujar Harry Tirto Djatmiko saat dihubungi, Kamis (9/6).

Saat bulan purnama atau terjadinya bulan baru, terjadi pasang air laut. Panjang periode pasang-surut mencapai 12 jam. Dia menegaskan, banjir rob akibat pasang air laut maksimum hanya terjadi di pantai utara Jawa. Tak ada efek dari La Nina. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement