Senin 06 Jun 2016 16:43 WIB

BMKG: Cuaca Pekanbaru Capai 34 Derajat Celcius

Kemarau ekstrem (ilustrasi).
Foto: cctv america
Kemarau ekstrem (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru menyatakan cuaca di ibu kota Provinsi Riau tersebut cukup panas yang berkisar antara 33-34 derajat Celcius. Suhu panas itu akibat dari masuknya musim kemarau pada awal bulan Ramadan ini.

"Sesuai prediksi kita, awal Ramadan ini Riau memasuki musim kemarau dengan rata-rata cuaca mencapai 34 derajat celcius," kata Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin di Pekanbaru, Senin (6/6).

Kota Pekanbaru hari ini terpantau cukup terik dengan panas matahari yang terasa cukup menyengat. Sugarin mengatakan hal itu merupakan efek dari pergantian musim yang dialami sebagian besar provinsi Riau menjadi musim kemarau. Meski begitu, ia mengatakan musim kemarau tahun ini tidak akan separah tahun-tahun sebelumnya.

Ia menjelaskan, hal itu dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia akan dilanda fenomena La Nina atau kemarau basah yang berarti meski pun musim kering namun tetap berpotensi terjadinya hujan.

Namun begitu, Sugarin mengatakan cuaca panas lebih dominan dengan cuaca kering di daratan yang diperkirakan berlangsung hingga bulan November 2016 sehingga potensi kebakaran lahan dan hutan terutama gambut sekitar 49 persen lebih dari total luas daratan di Provinsi Riau mencapai 8,9 juta hektare lebih, terutama wilayah pesisir akan terjadi.

Untuk itu, Sugarin menyatakan BMKG sebelumnya telah berkoordinasi dengan Satuan Tugas (Satgas) kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) untuk mengantisipasi hal tersebut.

Sementara itu, Komandan Resor Militer 031/WB Brigjen TNI Nurendi yang juga menjabat sebagai Komandan Satgas Karlahut menjamin Riau bebas dari Karlahut dan bencana asap meski bulan Ramadan berarti memasuki musim kemarau.

Ia mengatakan sepanjang periode awal musim kemarau pada 2016 ini atau tepatnya Maret-Juni, Riau telah berhasil menekan angka luasan Karlahut yang ditunjukkan dengan tidak adanya lagi kabut asap yang biasanya terjadi selama belasan tahun terakhir pada periode yang sama.

Ia menjelaskan meski pun memasuki Ramadan, seluruh jajaran akan terus melakukan pantauan secara menyeluruh di wilayah Riau untuk memastikan bebas dari Karlahut. Terlebih lagi, Riau telah sepakat menetapkan untuk memperpanjang status siaga darurat Karlahut yang berakhir hari ini hingga 30 November 2016 mendatang.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, Edwar Sanger menjelaskan bahwa penetapan status siaga selama lima bulan tersebut tidak berarti tidak mampu menangani bencana kebakaran melainkan meningkatkan upaya prefentif yang telah dilakukan sejak awal 2016 lalu. "Status siaga darurat ditetapkan selama 149 hari. Tujuannya agar upaya prefentif yang kita lakukan sejak awal terus maksimal," katanya.

Menurutnya, penetapan status siaga darurat Karlahut tidak hanya ditetapkan di Riau, namun sejumlah wilayah di Sumatera juga melakukan hal yang sama. "Sumatra Selatan dan Jambi turut melakukan hal yang sama. Menetapkan status siaga hingga November mendatang," jelasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement