REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Filosofi dalam pencak silat rupanya bisa diaplikasikan dalam berbagai aspek. Pendekar Silat Perisai Diri sekaligus Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto terutama mewujudkannya pada gaya kepemimpinan.
"Seorang pesilat harus memiliki jiwa kebijaksanaan dalam berbagai hal, termasuk dalam cara memimpin," ujar pria kelahiran Surabaya, 10 November 1955 itu.
Dwi mengadaptasi apa yang disampaikan oleh Bapak Pendidikan Nasional Indonesia Ki Hajar Dewantara. Ajaran khas yang terkenal itu juga digunakan sebagai semboyan dalam sistem pendidikan Indonesia.
Secara utuh, kalimat berbahasa Jawa tersebut berbunyi ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Maknanya, "di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan".
Pria yang meraih gelar Doktor Ilmu Manajemen Kekhususan Manajemen Stratejik dari Universitas Indonesia itu melakukan hal sama saat memimpin.
Ia memerinci, ketika timnya masih belum memahami apa yang harus dilakukan, ia akan secara sabar memberi penjelasan, memberi contoh, dan menarik dari depan yang merupakan perwujudan dari petikan ing ngarsa sung tuladha.
Sementara, ketika tim sudah mulai bergerak tetapi belum cukup cepat, ia akan menjalankan fase berikutnya. Petikan semboyan ing madya mangun karsa memang dimaknai sebagai membangkitkan dan menumbuhkan motivasi bagi orang lain.
"Jika semua sudah bergerak bagus, barulah tut wuri handayani, memberi pujian dan penghargaan agar nantinya lebih baik lagi," kata Ketua PP Kelatnas Indonesia Perisai Diri itu usai memberi pelatihan bela diri dengan tema Woman Self Defense/ untuk para karyawati Pertamina, Kamis (2/6).