Jumat 03 Jun 2016 13:33 WIB

Peternak Sapi Menolak Harga Daging Rp 80 Ribu per Kg

Pedagang memotong daging sapi di pasar tradisional. (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pedagang memotong daging sapi di pasar tradisional. (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, CIKARANG -- Peternak sekaligus pedagang daging sapi di Rumah Potong Hewan (RPM) Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat menolak bila pemerintah mematok harga daging sapi dari Rp 120 ribu menjadi Rp 80 ribu per kilogram (kg).

"Keputusan pemerintah pusat dengan mengimpor sepuluh ribu ton daging sapi guna menstabilkan harga saat Ramadhan 2016 dirasa merugikan peternak dan pedagang," kata Peternak Sapi di RPM Jati Mulya, Indra Cahyino, Jumat (3/6).

Menurut dia, pemerintah pusat harusnya memikirkan dulu stok daging di pasar, sebelum mulai menurunkan harga hingga Rp 40 ribu per kg. Bila ini diberlakukan dengan mengimpor daging dari luar negeri maka harga daging akan turun drastis.

Tetapi tidak memikirkan nasib para peternak dan pedagang sapi, dengan adanya penekanan harga itu tidak sewajarnya. Seharusnya sebelumnya berbicara bersama untuk mencapai kata sepakat, karena populasi sapi di Indonesia makin menurun, sehingga pasokan daging tidak dapat memenuhi kuota.

Sedangkan untuk memberi makan tiap harinya sudah melebihi harga per kilogram harga daging sapi yang ditentukan oleh pemerintah pusat. Ia menambahkan belum lagi bila sapi terkena penyakit dan harus di vaksin tiap bulannya, perlu tambahan biaya.

"Kebijakan impor sapi memberatkan peternak dan pedagang jika benar diberlakukan," katanya.

Indra mengatakan, sapi yang didatangkan dari Jawa Tengah dan dipotong pada RPM untuk diedarkan ke sekitar Bekasi Kota hingga Kabupaten dalam penjualan berupa daging masih merugi dua juta rupiah. Dia mengtakan jika kebijakan itu benar dilakukan tanpa ada solusi yang jelas dari pemerintah pusat, sama halnya menghancurkan usaha peternak sapi.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement