REPUBLIKA.CO.ID, PASAR BARU, JAKARTA -- Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa Parni Hadi mengatakan bahwa dengan adanya Gerakan Perempuan Menulis maka akan ikut membantu mencerdaskan kaum perempuan di Indonesia.
"Menulislah untuk orang banyak, perempuan cerdas, Indonesia cerdas," kata Parni ketika meluncurkan "Gerakan Perempuan Menulis" kerja sama LKBN Antara dengan Konggres Wanita Indonesia (Kowani), di gedung Lembaga Pendidikan Jurnalistik Antara (LPJA) Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (2/6).
Parni Hadi yang juga wartawan senior, pengamat media, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi LKBN ANTARA periode 1998-2000, dan Direktur Utama Radio Republik Indonesia (RRI) periode 2005-2010 itu mengatakan, perempuan adalah tiang negara.
Karena, katanya lebih lanjut, perempuan yang cerdas melahirkan generasi bangsa yang berkualitas. Menulis juga adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kecerdasan perempuan.
"Karena menulis adalah kegiatan mengasah kreativitas, dengan menulis maka orang tersebut perlu membaca, mengamati, dan memahami," katanya pula.
Menurut Parni lagi, orang yang menulis maka akan rajin membaca. Seorang ibu yang rajin membaca memiliki anak-anak yang cerdas.
Dalam peluncuran "Gerakan Wanita Menulis" itu, Parni Hadi juga memberikan pelatihan antara lain tentang bagaimana harus menulis kepada sejumlah peserta yang terdiri atas Anggota Kowani, Pramuka, Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan utusan peserta dari sejumlah media.
"Menulis itu gampang, kalau mau bisa menulis dengan catatan, menulislah yang berkualitas, yang memberikan manfaat dan objektif," katanya.
Parni juga menyebutkan bahwa belajar menulis tidak memiliki batasan. "Seseorang yang memiliki jabatan dengan gelar akademik tinggi belum mencerminkan kecerdasannya. Sehingga jangan mengangungkan gelar jabatan saja," katanya.
Tentang bagaimana agar bisa menulis dengan bagus, Parni yang selalu tampil penuh semangat pada pelatihan itu juga membagikan lima "Tips", dimulai dengan menulis yang gampang, meyakinkan diri bisa menulis, memulai menulis dengan satu kata, lalu dua kata, dan menuliskan peristiwa berkesan pertama yang ditemukan mulai dari awal bangun dari tidur.
"Menulislah berbasis pada apa yang kita lihat, dengar dan pikirkan," kata Parni Hadi menambahkan.