REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kuota calon mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tahun ini turun. Tahun lalu, kuota Bidikmisi ITS mencapai 650, turun menjadi 333 pada tahun ini.
Rektor ITS, Joni Hermana, menyebutkan, tahun ini penerima Bidikmisi dari jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sebanyak 139 calon mahasiswa. Sebanyak 129 calon mahasiswa telah melakukan daftar ulang. Sedangkan tujuh mahasiswa harus dilakukan visitasi ke rumah mereka.
“Pada prinsipnya kami ingin semua orang yang diterima di ITS bisa sekolah, kalay tidak bisa diterima Bidikmisi kita carikan beasiswa lain,” ucap Joni Hermana di sela-sela kunjungan Menristekdikti M Nasir untuk meninjau ujian keterampilan di ITS, Rabu (1/6).
Joni mengatakan, beasiswa lain yang diberikan kepada mahasiswa ITS berasal dari berbagai sumber. ITS telah memiliki mitra perusahaan yang bersedia memberikan beasiswa, antara lain Semen Gresik, Petrokimia, dan Pertamina.
Menurutnya, selama ini ITS menerapkan sistem uang kuliah tunggal (UKT). Ada beberapa kriteria dengan cara menyaring kemampuan orangtua berdasarkan pendapatan.
“Nah itu kami fasilitaskan sehingga secara prinsip tang miskin bayarnya sedikit, bisa nol sama sekali. Yang kaya harus bayar lebih banyak, kalau di ITS maksimal RP 7,5 juta per semester,” ungkap Guru Besar Teknik Lingkungan ITS ini.
Terkait visitasi tujuh calon mahasiswa penerima Bidikmisi tersebut, Joni menyatakan, tujuannya untuk memastikan kelayakan menerima Bidikmisi. Sebab, ketujuhnya masih diragukan kondisi sosial ekonominya.
Menurutnya, ada di antaranya yang salah satu orangtuanya berstatus pegawai negeri sipil (PNS). Sehingga harus dipastikan golongan PNS tersebut. “Kami ada semacam tekniknya untuk mengalisis sepertinya orang ini bohong, kan kami tidak berani memutuskan, harus dicek dulu secara fisik untuk memastikan benar atau tidak,” imbuhnya.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M Nasir mengatakan, kuota Bidikmisi setiap tahun tidak turun. Melainkan setiap tahun terdapat penambahan perguruan tinggi yang berstatus negeri. Kuota Bidikmisi jumlahnya mencapai 60 ribu setiap tahun.
“Karena jumlah perguruan tinggi negeri meningkat, alokasi Bidikmisi untuk masing-masing perguruan tinggi menurun. Sekarang PTN ada 128, tahun lalu hanya 90, alokasinya tetap,” ucap Menristekdikti.
Menristekdikti berharap, kenaikan jumlah PTN tersebut juga dibarengi dengan kenaikan kuota beasiswa. Namun, dia mengakui persoalannya pada anggaran negara yang terbatas. Meski demikian, dia memastikan semua PTN mendapat alokasi Bidikmisi. Di sisi lain, Menristekdikti juga meminta agar rektor di PTN mengambil kebijakan agar mahasiswa miskin yang tidak mendapat beasiswa Bidikmisi tetap bisa kuliah.
“Rektor saya minta menyelesaikan masalah kalau ada mahasiswa yang secara ekonomi tidak beruntung maka rektor akan mencarikan beasiswa lain atau membebaskan SPP,” ujarnya.