REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli meminta PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) untuk mendesain kapal berukuran kecil yang multifungsi sejalan dengan tren pengangkutan yang tak lagi fokus ke penumpang.
Rizal dalam rapat koordinasi tentang tol laut di Jakarta yang dihadiri Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Dirut PT Pelni Elfien Goentoro, perwakilan Kementerian Perhubungan dan Kementerian Perindustrian, mengatakan tren pengangkutan kapal kini telah berubah dari penumpang menjadi barang.
"Kami minta ke Kemenhub dan Pelni agar lakukan studi yang benar karena ada perubahan (tren) pengangkutan. Dulu Pelni, waktu musim liburan kapalnya penuh. Tapi sekarang sudah saingan dengan pesawat. Jadi makin sedikit yang gunakan kapal Pelni," katanya, Senin (30/5).
Dengan kondisi seperti itu, Rizal mengusulkan perusahaan pelat merah itu kini tidak perlu mendesain kapal berukuran besar. "Cukup ukurannya yang muat 1.000 penumpang, tapi juga multifungsi. Bisa angkut kontainer, cold storage, juga bisa untuk penumpang. Jadi kapalnya didesain tidak terlalu besar tapi multifungsi dan ikuti perubahan permintaan," katanya.
Ia juga menyarankan Pelni bisa menggunakan bahan bakar kapal yang bisa bergantian sehingga lebih ramah lingkungan dan efisien. "Kami juga minta agar bisa dual fuel, bisa marine fuel, bisa juga pakai gas," katanya.
Dalam rakor tentang tol laut itu, disebutkan program yang telah diresmikan sejak November 2015 itu telah berjalan cukup baik. Rizal bahkan mengklaim program tol laut telah menekan harga kebutuhan pokok dan barang-barang terutama di daerah Indonesia timur.
Dalam catatannya, harga barang di Namlea, Kabupaten Buru, Kepulauan Maluku, seperti beras, daging ayam, telur, terigu, gula pasir hingga semen turun antara 15 persen hingga 49 persen. Sayangnya, penurunan harga belum terasa hingga di daerah pedalaman dan pegunungan karena masih terkendala moda transportasi.