Senin 30 May 2016 16:36 WIB

Cara Bupati Dedi Bantu Gadis Penderita Kanker Hati

Rep: Ita Nina Winarsih / Red: Winda Destiana Putri
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, menerima kunjungan pasien kanker hati Shazia Aziza (10 tahun), Senin pagi (30/5).
Foto: Republika/Ita
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, menerima kunjungan pasien kanker hati Shazia Aziza (10 tahun), Senin pagi (30/5).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Gadis kecil dengan perawakan kurus, mendatangi rumah dinas Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, di Jl Ganda Negara No 25. Ada apa gerangan gadis berkerudung itu mendatangi bupati?

Ternyata, gadis tersebut menderita kanker hati. Gadis yang didampingi kedua orang tuanya dan kepala sekolah itu, nekad mendatangi orang nomor satu di Purwakarta. Dengan tujuan, ingin dibantu mengenai pembiayaan untuk kemoterapinya.

Shazia Aziza (10 tahun), pasien kanker hati asal Perum Dian Anyar, Kelurahan Cisereuh, Kecamatan Purwakarta, menderita penyakit mematikan sejak 2013 silam. Akan tetapi, sejak tiga tahun terakhir ini, anak dari pasangan Siti Nurhasanah dan Cepi Munawar tersebut, belum sekalipun menjalani operasi. Alasannya, kondisi gadis kecil itu tidak stabil. Sehingga, dokter enggan melakukan tindakan bedah.

"Belum pernah operasi. Tetapi, kalau kemoterapi sudah dijalani sejak Januari 2016 ini," ujar Ibunda Shazia, Siti Nurhasanah, kepada Republika, Senin (30/5).

Menurut Siti, awalnya putri cikalnya itu menderita sakit di bagian perut. Kemudian, di bagian livernya terjadi pembengkakan. Lalu, Shazia dibawa ke dokter anak. Saat itu, dokter langsung mendiagnosa penyakit Shazia menderita penyakit kanker hati. 

Setelah itu, Shazia dibawa ke sejumlah rumah sakit untuk diobati. Akan tetapi, sampai sekarang belum bisa di operasi. Sebab, kondisinya tidak memungkinkan untuk melakukan pembedahan. Akhirnya, pada Januari 2016, gadis kelas empat SD ini harus menjalani kemoterapi.

"Sepekan sekali, Shazia di kemo," ujarnya.

Untuk sekali kemoterapi, lanjut Siti, membutuhkan biaya Rp 5 juta. Dengan kondisi ini, kedua orang tua Shazia berupaya memberanikan diri untuk mengirim 'curhatan hati' ke bupati melalui SMS center. Tujuannya, meminta bantuan biaya untuk kemoterapi.

Ternyata, bupati langsung meresponnya. Senin pagi, Shazia dibawa ke rumah dinas. Selain persoalan biaya kemoterapi, kedua orang tuanya juga menceritakan perihal anaknya itu yang sudah tidak bisa sekolah lagi.

Bupati Dedi Mulyadi, mengatakan, pihaknya membantu pasien kanker hati ini. Bantuan tersebut, bukan untuk biaya kemoterapi. Melainkan, untuk biaya operasional kedua orang tuanya selama mengantar Shazia menjalani kemoterapi.

"Karena, biaya kemonya sudah ditanggung sama BPJS," ujar Dedi.

Mengenai sekolah Shazia, Dedi menyarankan supaya dilakukan program homescholling. Jadi, gurunya yang datang ke rumah anak tersebut. Jadi, Shazia tetap mendapatkan pendidikan meskipun tak bisa ke sekolah seperti teman-temannya.

Kepala Sekolah SDN 6 Cisereuh, Tuti Marini, mengatakan, pihak sekolah memaklumi dengan keadaan Shazia. Saat ini, sudah ada arahan dari bupati dan dinas pendidikan, bahwa Shazia bisa meneruskan sekolah, dengan program homescholling.

"Anak ini memang tetap ingin sekolah. Tapi fisiknya tidak mendukung. Bahkan, Shazia ingin naik kelas," ujar Tuti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement