Senin 30 May 2016 15:51 WIB

Bawang Impor Masuk, Ini Reaksi Petani Brebes

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Andi Nur Aminah
Pekerja sedang membersihkan bawang merah (ilustrasi)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Pekerja sedang membersihkan bawang merah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kabar masuknya bawang impor ke Tanah Air kian menyesakkan para petani bawang merah di Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Mereka pun menagih janji Presiden Joko Widodo, yang pernah 'menjamin' pemerintah tak akan mengimpor komoditas ini demi melindungi petani bawang lokal.

"Masalahnya, impor ini dilakukan saat panen raya bawang merah berlangsung di daerah kami," ungkap petani bawang merah Brebes, Asnawi melalui sambungan telepon, Senin (30/5).

Tanpa ada kebijakan impor, dia menjelaskan, kondisi terkini petani bawang merah di wilayah Kabupaten Brebes pada umumnya sudah sangat kritis. Karena dengan penjualan hasil panen dengan sistem tebasan, di tingkat petani harga bawang merah  jatuhnya hanya Rp 20 ribu per kilogram.

Dengan melimpahnya bawang merah seperti sekarang para petani justru berada di ambang jurang kerugian. Karena hasil panen tidak akan mampu menutup modal mereka.

Sebab modal petani untuk bibit pada saat akan menanam mencapai Rp 4,5 juta kwintal. Untuk bisa menanam satu hektare setidaknya butuh lima hingga enam kwintal bibit.

Artinya, rata-rata modal petani yang telah terserap untuk kebutuhan bibit mencapai kisaran Rp 30 hingga Rp 40 juta per hektare. Sementara dengan harga jual hasil panen yang hanya Rp 20 ribu per kilogram jelas tak akan menutup biaya produksi.

Kalau para petani ingin bisa merasakan untung sedikit, lanjut Asnawi, harga bawang merah di tingkat petani --minimal-- Rp 35 ribu per kilogram. "Karena modal para petani bawang merah di Kabupaten Brebes ini umumnya dari kredit. Jadi harus membayar hutangnya," tegas Ketua Gapoktan Alam Tani Jaya ini.

Ia juga menjelaskan, dengan kondisi panen raya dan harga bawang merah yang jatuh ini, para petani justru berharap Pemerintah bisa mengendalikan harga. Namun belakangan justru ada kabar bawang impor masuk. Sehingga para petani justru bertanya-tanya siapakah yang berada di balik kebijakan ini.

Kalau ini kebijakan dari pemerintah, Asnawi menyebut hal ini sangat ironis sekali. Bahkan bertolak belakang dengan pernyataan presiden di hadapan petani. Seharusnya pemerintah justru melindungi petaninya sendiri, bukan malah membuat petani bawang merah kian terjepit dengan masuknya bawang impor ini.

Apalagi sebentar lagi akan masuk bulan Ramadhan dan Lebaran. "Seharusnya panen raya bawang merah kali ini 'milik' petani," tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement