REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Bawang Nasional, Amin Kartiawan Danova menyayangkan rencana Kementerian BUMN, Kementerian Perdagangan, dan Kemenko Ekonomi yang ngotot ingin impor bawang merah. Diperkirakan Bulog akan mengimpor bawang merah dari Filipina, Thailand, Vietnam, dan India.
"Dewan Bawang Nasional minta agar Bulog jangan impor bawang merah dari luar negeri. Jangan impor, sebab itu pemborosan dan buang-buang uang negara," katanya, Sabtu, (28/5).
Bulog sebenarnya baru saja membeli bawang merah dari petani, baik dari Bima maupun sentra-sentra bawang lainnya. Bawang sebanyak 1.500 ton yang dibeli Bulog dari petani saja sampai saat ini belum bisa disalurkan dengan baik, tapi malah mau impor.
"Bawang merah yang dikirim dari Bima sampai saat ini saja belum disalurkan, sebab Bulog kurang tenaga kerja. Kalau bawang ini tak segera disalurkan hanya akan membusuk," ujarnya.
Seharusnya, terang Amin, kalau bawang petani tak dibeli Bulog maka akan tersebar secara alami ke pasar dan bisa menurunkan harga bawang merah secara alami. Namun, rupanya Bulog tak mampu menjual dan menyalurkan bawang merah. Namun anehnya malah mau impor bawang merah.
Bulan Ramadhan kebutuhan bawang merah mengalami peningkatan 15 persen. Kebutuhan bawang sebanyak 90 ribu ton selama Ramadhan bisa dipenuhi dari produksi di atas 110-120 ribu ton pada Juni mendatang. Karena itu, kata Amin, stok bawang banyak dan tak memerlukan impor.
"Kalau harga bawang merah jatuh bebas akibat impor, harapan petani untuk berlebaran dengan senang hanya tinggal khayalan karena dia merugi. Tolong pemerintah pikirkan hal ini."
Dampak dari impor bawang merah ini sangat luar biasa bagi petani bawang dan pelaku usaha bawang. Kalau petani rugi mereka tidak akan mampu membayar utang pupuk. Pedagang pupuk juga akan kecewa karena utangnya tak dibayar.
"Makanya petani siap demo kalau impor bawang dilakukan. Kami siap bergerak ke Jakarta demo di Kementerian BUMN, Kementerian Perdagangan, dan Kemenko Ekonomi," terang Amin.