REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Bawang Nasional, Amin Kartiawan Danova menyayangkan rencana Kementerian BUMN, Kementerian Perdagangan, dan Kemenko Ekonomi yang akan melakukan impor bawang merah.
"Saat ini petani sudah ketakutan mendengar pemerintah akan mengimpor 2.500 sampai 5.000 ton bawang merah. Dampak dari pengumuman impor bawang merah, para pedagang sekarang melakukan wait and see, mereka menahan diri melakukan pembelian bawang merah sebab mereka tak mau membeli bawang saat harga tak stabil," katanya, Sabtu, (28/5).
Dampak banyaknya pedagang yang menahan diri antara lain, bawang merah yang dipanen petani terpaksa disimpan lebih lama sebab pedagang tak mau beli.
"Kalau kelamaan maka bawang merah akan busuk makanya saat ini petani sedang ketakutan," kata dia.
Kalau pemerintah jadi melakukan impor bawang merah, terang Amin, kepercayaan petani kepada pemerintah akan berkurang. Sebab selama ini pemerintah selalu menyerukan swasembada pangan dan ingin menaikkan taraf hidup petani.
"Namun praktiknya pemerintah malah tak peduli dengan nasib petani. Mereka seenaknya saja tanpa memikirkan nasib petani dengan mau impor bawang merah."
Kebutuhan bawang merah per bulan bagi seluruh rakyat Indonesia, kata Amin, antara 72-78 ribu ton per bulan. Sedangkan produksi bawang merah sebesar 100 ribu ton per bulan. Jadi stok bawang merah sangat mencukupi bagi kebutuhan rakyat.
"Makanya tak ada alasan untuk impor bawang merah. Sebab mengambil dari petani sendiri saja sudah cukup," ujarnya.