Sabtu 28 May 2016 18:53 WIB

Produksi Bawang Tinggi, Rencana Impor Pemerintah Dipertanyakan

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Hazliansyah
Pekerja memeriksa bawang merah yang dikeringkan di Gudang Bulog Divre Jakarta, Senin (16/5).  (Republika / Wihdan )
Foto: Republika/ Wihdan
Pekerja memeriksa bawang merah yang dikeringkan di Gudang Bulog Divre Jakarta, Senin (16/5). (Republika / Wihdan )

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Bawang Nasional, Amin Kartiawan Danova menyayangkan rencana Kementerian BUMN, Kementerian Perdagangan, dan Kemenko Ekonomi yang akan melakukan impor bawang merah.

"Dewan Bawang Nasional termasuk saya sendiri sebagai petani bawang sangat menyayangkan ketiga kementerian itu yang ngotot mau impor bawang merah. Tapi saya apresiasi Kementerian Pertanian dan para dirjennya yang mati-matian membela petani," katanya, Sabtu, (28/5).

Produksi bawang merah saat ini dikatakanya sedang tinggi. Apalagi di bulan Juni saat Ramadhan, petani akan panen raya bawang merah. Karena itu ia mempertanyakan apa gunanya pemerintah mewacanakan impor bawang merah.

"Sekarang saja harga bawang sudah jatuh bebas. Kasihan petani kalau biaya produksinya tinggi sementara harganya jatuh bebas di pasaran akibat masuknya bawang impor, petani dapat apa," kata Amin.

Saat ini harga bawang di tingkat petani Rp 12 ribu sampai Rp 16 ribu per kg. Sedangkan harga bawang Brebes premium Rp 24 ribu sampai Rp 26 ribu per kg.

"Ini harga bawang saja sudah sudah jatuh. Kalau impor benar-benar dilakukan maka bisa dipastikan harga bawang merah jatuh bebas dan petani pasti akan merugi."

Sebenarnya tak ada alasan untuk impor bawang merah. Sebab jumlah bawang merah saat ini melimpah.

"Sayangnya Kementerian BUMN memang tidak percaya dengan data yang disodorkan oleh Kementerian Pertanian. Seharusnya antara kementerian itu saling mendukung, bukan malah gontok-gontokan, apalagi pemerintah selalu menyerukan swasembada pangan namun faktanya pemerintah malah mau impor bawang merah yang merugikan petani," ujar Amin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement