REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG --- Pascakebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang memicu terjadinya kabut asap di Sumatra Selatan (Sumsel) 2015 lalu, kali ini banyak organisasi internasional yang memberi perhatiannya terhadap lingkungan di Sumsel.
Pada Kamis (26/5), enam NGO atau lembaga sosial masyarakat (LSM) internasional dari Norwegia, Inggris dan Belanda mendeklarasikan organisasinya sebagai bagian dari kemitraan pengelolaan lanskap di Sumatera Selatan di hadapan Gubernur Sumsel Alex Noerdin.
Enam NGO tersebut adalah The Sustainable Trade Initiative (IDH) Belanda, United Kingdom Climate Change Unit (UKCCU) Inggris, NICFI Norwegia, Zoological Society of London (ZSL) Inggris, Yayasan Belantara, Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) BioClime Belanda. Mereka menandatangani nota kesepahaman bersama di Palembang.
Bersamaan dengan deklarasi tersebut juga ditandatangani nota kesepahaman antara Gubernur Sumsel dengan Direktur APP (Asia Pulp & Paper) Sinarmas Grup Suhendra Wiriadinata sebagai perusahaan yang akan menjadi donor dalam program tersebut. Juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antar Gubernur Alex Noerdin dengan CEO Yayasan Belantara sebagai LSM yang akan melaksanakan program lanskap berkelanjutan tersebut.
Di antara program yang akan dilaksanakan adalah restorasi lahan gambut dan hutan tropis.“Dekalarasi ini untuk pertama kali dilaksanakan terkait kesediaan untuk membantu suatu daerah dalam memperbaiki lingkungan terjadi di Indonesia khususnya Sumatera Selatan. Ini merupakan kali pertama NGO lingkungan internasional secara keroyokan membantu suatu daerah,” kata Gubernur Sumsel Alex Noerdin.
Gubernur menjelaskan, deklarasi dan penandatanganan nota kesepahaman tersebut menjadi catatan sejarah tersendiri bagi Sumatera Selatan dan Indonesia karena deklarasi dilakukan langsung Direktur Asia Pulp And Paper Sinar Mas Suhendra Wiriadinata, CEO Yayasan Belantara Agus Sari, Head of Operation ZSL Inggris Alasandair Macdonald, Country Manager ZSL Indonesia Hadrianus Andjar Rafiastanto dan beberapa LSM lainnya.
Menurut Alex Noerdin, kehadiran negara donor terhadap lingkungan di Sumsel menunjukkan komitmen bersama warga dunia untuk melestarikan lingkungan yang saat ini menjadi tanggung jawab bersama. “Sumatra Selatan sebenarnya malu karena apa yang terjadi di sini seharusnya menjadi tanggung jawab sendiri. Jadi jika Sumatra Selatan tidak serius maka akan lebih malu lagi,” katanya.
Sementara itu menurut Direktur APP Sinarmas Suhendra Wiriadinata, perusahaan telah menyalurkan dana untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan dan pemulihan lingkungan ke Yayasan Belantara sejumlah 10 juta dollar AS. “Perusahaan juga mengalokasikan 10 juta dolar AS untuk pembentukan desa makmur peduli api, dan infrastruktur pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang mencapai 20 juta dolar,” ujarnya.