Rabu 25 May 2016 18:02 WIB

Hama Blast Usik Panen Padi di Kuningan

Rep: Lilis Handayani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petani menanam padi di kawasan persawahannya. (ilustrasi)
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Petani menanam padi di kawasan persawahannya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ‪KUNINGAN -- Para petani di sejumlah daerah di Kabupaten Kuningan, menjerit. Hasil panen musim rendeng 2015/2016 dari tanaman padi milik  mereka mengalami penurunan drastis akibat serangan hama blast.

Salah satu petani di Kabupaten Kuningan, Oyo Sukarya menyebutkan, dalam kondisi normal, hasil panen padi petani rata-rata mencapai tujuh ton per hektare. Namun, akibat serangan hama blast, produksi padi menurun hanya menjadi tiga sampai empat ton per hektare.

''Penurunannya sampai 60 persen,'' ujar pria yang juga pengurus Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat itu, Rabu (25/5).

Oyo menjelaskan, hama blast menyerang tanaman padi ketika hendak memasuki masa panen. Hama tersebut menyerang bagian leher batang malai padi sehingga bulir padi menjadi kosong.

Oyo menambahkan, para petani sudah berusaha keras untuk membasmi hama tersebut. Namun, hama itu sulit diberantas.

Untuk menghindari kerugian yang lebih besar, petani terpaksa harus panen dini terhadap tanaman padi yang belum sempat terserang hama blast.

Ketika disinggung mengenai maraknya serangan hama blast, Oyo mengaku tidak mengetahuinya secara pasti. Namun, petani menduga hal itu akibat keterlambatan masa tanam ataupun pemilihan benih yang kurang bagus.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, Triastami, tidak menampik adanya serangan hama blast yang membuat produksi padi di wilayahnya menurun pada panen rendeng 2016. ''Setiap ada laporan mengenai serangan hama blast, kami turunkan brigade penanggulangan hama,'' tegas Triastami.

Triastami menyebutkan, total luas areal pertanian di Kabupaten Kuningan mencapai 30 ribu hektare. Dari luas lahan tersebut, tidak seluruhnya terserang hama blast.

Triastami mengungkapkan, serangan hama blast yang cukup ekstrem disebabkan oleh perilaku petaninya sendiri. Yakni terlalu berlebihan atau malah kurang memberi pupuk urea.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement