REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Dua pendaki Gunung Semeru yang sempat dinyatakan hilang dan ditemukan dalam kondisi selamat oleh tim SAR gabungan yakni Zirli Gita Ayu Safitri dan Supyadi sudah dibawa pulang keluarganya ke Cirebon, Jawa Barat, Rabu (25/5).
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Purwanto mengatakan kedua pendaki berhasil dievakuasi ke Dusun Tawon Songo, Desa/Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang pada Selasa (24/5) malam.
"Setelah berhasil dievakuasi oleh tim SAR gabungan, keduanya langsung dibawa ke Rumah Sakit dr Haryoto Lumajang untuk mendapatkan perawatan dan kondisi keduanya sudah membaik, sehingga kemungkinan siang ini sudah dibawa pulang ke Cirebon," tuturnya di Lumajang.
Menurut dia, kondisi pendaki perempuan yang bernama Zirli sangat lemas saat dibawa ke RS Hariyoto Lumajang, sehingga harus diinfus untuk mendapatkan nutrisi, agar staminanya kembali pulih.
"Sedangkan Supyadi kondisinya cukup sehat setelah lima hari tersesat di Gunung Semeru. Selama tersesat, kedua pendaki mengonsumsi buah-buahan dan dedaunan yang berada di sekitar air terjun Gunung Boto," tuturnya.
Kedua pendaki itu mendapat perawatan di RS dr Haryoto Lumajang untuk proses pemulihan secara intensif dan didampingi keluarganya yang sempat menunggu proses evakuasi di Dusun Tawon Songo.
Sementara Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) John Kennedie saat dihubungi dari Lumajang mengatakan pihak TNBTS sudah melakukan serah terima kepada keluarga pendaki yang bersangkutan.
"Hari ini sudah diserahkan dua pendaki itu kepada keluarganya dan dibawa pulang ke Cirebon," tuturnya.
Ia menyayangkan tindakan sejumlah pendaki yang nekat naik ke puncak Semeru (Mahameru), meskipun pihaknya membatasi jalur pendakian gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut hanya sampai Kalimati saja.
"Batasan pendakian gunung yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl itu hingga Kalimati sesuai dengan rekomendasi PVMBG yang menyatakan jarak aman Gunung Semeru yang berstatus waspada yakni radius 4 kilometer dari puncak Jonggring Saloko karena berbahaya, namun hal tersebut masih saja diabaikan pendaki," katanya.
Pihak TNBTS, lanjut dia, memberikan catatan daftar hitam kepada para pendaki yang menerobos ke puncak Semeru, termasuk kepada rombongan pendaki asal Cirebon yang sempat dinyatakan hilang tersebut. "Data mereka sudah kami rekap dan kalau mereka mau naik ke Gunung Semeru lagi, pihak TNBTS tidak akan memberikan izin kepada pendaki yang melanggar aturan," ujarnya.