REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Dua korban guguran awan panas gunung Sinabung, Karo yang masih dirawat di RSUP H Adam Malik Medan mengalami luka bakar di atas 60 persen. Kondisi ini membuat kaki salah satu korban yang bernama Cahaya boru Tarigan (54) terancam diamputasi agar tidak membahayakan nyawanya.
"Luka bakar 70 hingga 80 persen. Cuma sangat dalam, di daerah kakinya itu sampai otot-ototnya habis terbakar. Jadi kami sangat anjurkan untuk diamputasi agar infeksi tidak naik. Tapi keluarga masih berunding sampai sekarang," kata dokter yang berjaga di ruang ICU RSUP H Adam Malik, Nazaruddin Umar Ahad (22/5).
Nazaruddin mengatakan, kondisi Cahaya Boru Tarigan saat ini masih dalam keadaan sadar sementara. Ia pun masih ditempatkan di ruang ICU. Sementara satu korban lainnya, Cahaya Sembiring Milala (74), masih berada di ruang pascabedah karena baru selesai dioperasi tadi pagi. Keduanya masih mendapatkan perawatan intensif dari tim medis.
"Itu juga sangat luas (luka bakarnya). Tiap dua atau tiga hari akan dibersihkan terus luka bakar seperti itu. Kita dari RS Adam Malik akan melakukan semaksimal mungkin terhadap keduanya," ujar Nazaruddin.
Kedua warga desa Gamber, Simpang Empat, Karo tersebut menjadi korban guguran awan panas gunung Sinabung pada Sabtu (21/5) sore. Akibat kejadian ini, tiga warga yang sedang berkebun di desa Gamber meninggal dunia.
Ketiganya, yakni Karman Milala (60), Irwansyah Sembiring (17) dan Nantin Boru Sitepu (50). Tim SAR pun kembali menemukan dua jenazah pada malam harinya, yaitu Leo Perangin-angin (25) dan Ngulik Ginting (45).
Selain Cahaya Boru Tarigan dan Cahaya Sembiring Milala, dua korban lainnya juga mengalami luka bakar dan dilarikan ke RSUP H Adam Malik Medan. Keduanya, yakni Ersada Ginting (55) dan Ibrahim Sembiring (57). Namun sayangnya mereka menghembuskan napas terakhir setelah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit tersebut.