REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Tim petugas tanggap darurat erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo menghentikan pencarian warga yang menjadi korban awas panas yang muncul pad Sabtu (21/5).
Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Karo Natanael Perangin-angin mengatakan penghentian dilakukan karena tidak ada lagi korban yang ditemukan di lokasi yang terkena awan panas itu.
Selain itu, pihaknya juga tidak ada menerima laporan atau pengaduan dari warga yang merasa anggota keluarganya hilang setelah munculnya awan panas tersebut. Karena itu, tim tanggap darurat yang dipimpin Dandim 0205/Karo Letkol Agustatius Sitepu menghentikan pencarian korban yang berada di Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat itu.
Meski pencarian korban dihentikan, tetapi tim tanggap darurat tetap melakukan penjagaan di berbagai pintu masuk zona yang terlarang untuk didatangi masyarakat. Penjagaan itu dilakukan agar masyarakat tidak memasuki area yang dikategorikan zona merah karena sering diterpa awan panas jika Gunung Sinabung mengalami erupsi.
"Penjagaan terus dilakukan, apalagi portalnya masih berdiri," katanya.
Hingga pencarian dihentikan pada Minggu siang, jumlah korban yang terkena awan panas tersebut masih berjumlah sembilan orang. "Tujuh orang diantaranya meninggal dunia, dua lagi masih dirawat," ujar Natanael.
Sebelumnya, Gunung Sinabung mengalami erupsi pada Sabtu (21/5) sambil mengeluarkan awan panas. Awan panas tersebut membakar sembilan warga yang memasuki Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat yang menyebabkan tujuh orang tewas.
Tujuh warga yang tewas itu adalah Karman Meliala (60), Irwansyah Sembiring, Nanin beru Sitepu (50), Leo Perangin-angin (25),Mulia Ginting (45), Ersada Ginting (55), Ibrahim Sembiring (51) yang keseluruhannya warga Desa Gamber.
Sedangkan dua warga lagi dalam kondisi kritis yakni cahaya Sembiring (57) dan Cahaya beru Tarigan (45) yang kini dirawat di RS Efarina Etaham di Berastagi.