Jumat 20 May 2016 09:13 WIB

Pembangunan Tanggul di Teluk Jakarta Timbulkan Kekhawatiran

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Bilal Ramadhan
Pekerja berjaga di area proyek reklamasi pulau
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pekerja berjaga di area proyek reklamasi pulau

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana pembangunan Tanggul Pengaman Pantai di teluk Jakarta, Bekasi dan Tangerang telah dimulai. Pembangunan ini telah ditandai dengan dimulainya pengurusan perizinan termasuk perizinan lingkungan yang didalamnya memuat sidang amdal.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jakarta berpendapat, pembangunan ini jelas telah menimbulkan kekhawatiran warga nelayan terdampak.

“Warga yang tergusur akibat dari pembuatan Giant Sea Wall (GSW) atau tanggul raksasa akan kehilangan tempat tinggal karena habisnya uang ganti rugi, hingga mereka pun terusir dari rusun yang disewakan tersebut,” ujar Kepala Departemen Kajian dan Amdal, WALHI DKI Jakarta, M. Dedi, Kamis (19/5) malam.

Seluruh nelayan yang merupakan penduduk asli akan diusir dari Jakarta sebagai kota kelahirannya. Dedi menjelaskan, tanggul yang dibangun kemudian hari ini akan dibangun jalan tol untuk memfasilitasi pengembang.

Hingga akhirnya, dia menegaskan, warga sekitar harus kembali tergusur dengan alasan untuk kepentingan umum. Walhi menduga pembuatan GSW merupakan satu rangkaian proyek pesanan dari pengembang untuk menghilangkan nelayan dari teluk Jakarta.

Hilangnya teluk Jakarta dan hanya menyisakan sedikit kanal untuk mengalirkan sungai-sungai di Jakarta akan semakin menahan laju aliran sungai yang membawa lumpur. Apalagi ini berpotensi menimbulkan bencana banjir lebih cepat dari perkiraan bila reklamasi jadi dilaksanakan.

“Belum lagi apabila kanal-kanal tersebut kembali menjadi dangkal apabila lumpur yang dibawa oleh air sungai mengendap di kanal,” kata Dedi. Karena itu, Dedi menilai, sudah dapat dipastikan akan menenggelamkan Jakarta menjadi kolam renang terbesar di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement