Kamis 19 May 2016 20:32 WIB

Kerajinan Blangkon Tumbuh Pesat di Solo

Rep: Andrian Saputra/ Red: Andi Nur Aminah
Salah satu rumah yang menjadi tempat pembuatan blangkon
Foto: Raga Imam/UMJ
Salah satu rumah yang menjadi tempat pembuatan blangkon

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Industri rumahan kerajinan blangkon di Solo tumbuh pesat. Anggota Paguyuban Pengrajin Blangkon Solo, Ananta Karyana mengaku dalam dua tahun terakhir pemesanan pembuatan blangkon makin sering didapat.

Bahkan kata dia para pengrajin saat ini lebih sering melayani pesanan dari pada memroduksi untuk di jual sendiri ke pasar. "Alhamdulillah dua tahun terakhir ini tidak ada sepinya, tidak seperti sepi, kita jual sendiri. Apalagi sekarang digalakannya pengenalan budaya dan pariwisata oleh pemerintah. Malah sekarang produksinya (untuk dijual sendiri ke pasar) lebih sedikit dari pada pesanannya," tutur Ananta saat ditemui Republika.co.id di kediamannya di kampung pengrajin blangkon Jalan Potrojayan, Serengan, Surakarta, Kamis (19/5).

Terdapat 23 pengrajin blangkon di Serengan. Ananta mengatakan rata-rata tiap pengrajin memiliki karyawan tujuh hingga 10 orang. Setiap hari mereka rata-rata bisa menyelesaikan blangkon pesanan sebanyak 10 hingga 15 buah. 

Dalam satu bulan, kata dia, tiap pengrajin blangkon bisa meraup laba bersih hingga Rp 6 juta. "Enggak lesu ada saja yang pesan, enggak perlu repot pasarkan. Memang hasilnya tidak sama tiap bulannya, tapi kalau dirata-rata jadi lebih besar dari pekerja kantoran, apalagi kalau karyawannya rajin, karena hitungannya per buah juga," tuturnya. 

Hal senada juga diungkapkan Djazuli, salah satu warga yang terbilang lama menekuni kerajinan pembuatan blangkon. Ia mengaku pasarnya saat ini bukan sebatas di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan saja.  Melainkan telah merambah kawasan Asia seperti Singapura dan Thailand. 

Pengrajin pun optimistis dengan dorongan pemerintah, industri rumahan kerajinan blangkon dapat terus tumbuh dan berkembang hingga kawasan Eropa. "Dulu dari Belanda sempat ada pesanan, tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Hanya Asia saja, karena ada beberapa sekolah yang mengajarkan siswa untuk belajar budaya Jawa," ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement