REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Memasuki usia ke-103 tahun, Paguyuban Pasundan kembali menggelorakan gerakan pemberantasan kemiskinan dan kebodohan di Tanah Air. Salah satu langkah nyata yang dilakukan Paguyuban Pasundan dalam mengatasi persoalan ekonomi dan pendidikan, yakni dengan mendirikan ratusan instansi pendidikan dan target pendirian 100 Baitul Maal wa Tamwil (BMT).
Milad Paguyuban Pasundan ke-103 akan diperingati di Kantor Pusat Paguyuban Pasundan, Jl Sumatera No. 41, Kota Bandung, Jumat (20/5) hingga Ahad (22/5). Acara peringatan akan dimeriahkan dengan pertunjukkan kesenian, serta pameran ekonomi dan pendidikan.
Rencananya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ri Anies Baswedan, para tokoh Jawa Barat dan pejabat Pemprov Jabar akan hadir dalam peringatan Milad Paguyuban Pasundan. Ketua Bidang Kerjasama, Paguyuban Pasundan Irma Rachmawati mengatakan, milad kali ini mengangkat tema ‘Mageuhan Niat Mageuhkeun Tekad’ (mengencangkan niat, menguatkan tekad).
Irma menyatakan, tema tersebut diarahkan pada sektor pendidikan dan ekonomi. Dia menjelaskan, salah satu pendiri Paguyuban Pasundan yaitu Oto Iskandar Dinata, sengaja membentuk organisasi tersebut untuk mengikis kebodohan dan kemiskinan. Oleh karena itu, papar dia, program kerja Paguyuban Pasundan dari dulu hingga kini selalu fokus di dua sektor tersebut.
Saat ini, sebut Irma, Paguyuban Pasundan memiliki empat perguruan tinggi dan 103 SMP dan SMA di Provinsi Jabar dan Banten. Keempat perguruan tinggi tersebut, yakni Universitas Pasundan, STIE Pasundan, STKIP Pasundan dan STH Pasundan.
Program perekonomian terbaru dari Paguyuban Pasundan, kata Irma, yakni rencana pendirian 100 BMT di Tanah Air. ‘’Peran kami sudah berlangsung sejak sebelum kemerdekaan,’’ ujar Irma kepada //Republika//, Kamis (20/5).
Hingga kini, organisasi kebudayaan itu telah ada di tujuh negara, yakni Jerman, Jepang, Malaysia, Australia, USA, Singapura dan Inggris. Di beberapa negara, Paguyuban Pasundan dipimpin oleh warga asing. Keberadaan Paguyuban Pasundan di beberapa negara itu, menurut dia, berperan menjadi mediator bagi bangsa lain yang ingin mempelajari budaya Sunda. Melalui moto ‘nyunda, nyantri, nyakola dan nyantika’, Paguyuban Pasundan turut bertanggung jawab dalam menjaga budaya Tanah Air. ‘’Kami akan menjadi benteng dalam menjaga kebudayaan bangsa,’’ tandasnya.