Kamis 19 May 2016 11:18 WIB

Firasat Petani Palolo Berhasil Selamatkan Anak dari Banjir Bandang

Warga menyaksikan rumah yang rusak akibat banjir bandang di Desa Sintiwu, Palolo, Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu (18/5).(Antara/Muhammad Adimaja)
Foto: Antara/Fiqman Sunandar
Warga menyaksikan rumah yang rusak akibat banjir bandang di Desa Sintiwu, Palolo, Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu (18/5).(Antara/Muhammad Adimaja)

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Sejumlah warga korban banjir bandang di Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah mengharapkan bantuan rumah dari pemerintah, karena tempat tinggal dan kebunnya rusak akibat bencana alam tersebut.

"Rumah bersama perabotnya rusak diterjang banjir bandang pada Selasa petang (17/5)," kata Ali (45), seorang korban di lokasi bencana di Desa Sintuwu, Kecamatan Palolo, Kamis.

Ia mengatakan banjir bandang yang terjadi saat kebanyakan warga sedang sibuk dengan aktivitas di kebun tersebut juga menyebabkan peralatan dapur bersama bahan makanan ikut terseret dan tertimbun material lumpur, pepohonan dan batu-batuan.

Begitu pula halnya dengan hasil panen berupa biji kakao yang sudah kering dan siap dijual, ikut lenyap dibawa banjir bandang.

Dia mengaku, ada sekitar 12 karung kakao siap dijual sebelum kejadian yang sangat memiluhkan itu ditaruh di depan rumah. Padahal, kata ayah dua anak itu, jika kakao dijual, uangnya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah dan juga membeli berbagai kebutuhan Ramadhan.

Meski mengalami kerugian materi yang nilainya mencapai jutaan rupiah, namun lelaki yang baru sekitar enam tahun tinggal dan berkebun di Dusun I Desa Sintuwu itu menyatakan beryukur kepada Tuhan karena dua anaknya luput dari bencana alam.

Sebelum banjir bandang itu datang, kata Ali, ia bersama istrinya sedang memanen kakao di kebun. "Saya heran kok kenapa tidak seperti biasa, meski hujan turun tidak pernah kebun terendam,"kata dia.

Ia pun meninggalkan istrinya di kebun dan menuju ke rumahnya hanya hanya sekitar satu kilometer dan mendapatkan dua anaknya menangis karena takut keluar rumah meski air sudah mulai masuk.

Tidak lama kemudian setelah kedua anaknya diselamatkan keluar dari dalam rumah dan membawa ke tempat aman, tiba-tiba datang banjir besar yang diawali seperti bunyi pesawat.

"Untung dua anak saya sudah dibawa keluar rumah, kalau tidak bisa menjadi korban banjir bandang," kata Ali dengan nada sedih.

Ali bersama sejumlah warga korban bencana alam banjir bandang di Desa Sintuwu berharap pemerintah daerah memberikan bantuan, terutama pembangunan kembali rumah mereka yang rusak akibat diterjang banjir bandang.

Hal senada juga disampaikan Muslimin, warga Dusun I Desa Sintuwu. Muslimin yang juga ketua RT01 Desa Sintuwu berharap mendapatkan pehatian dari Pemkab Sigi.

"Saya tentu berharap besar kepada Pemkab Sigi untuk memberikan bantuan bagi semua warga yang rumah dan kebunnya rusak diterjang banjir bandang," kata dia.

Dia juga mengaku selama dua puluh tahun tinggal di Dusun I Desa Sintuwu, baru kali ini terjadi banjir besar seperti sekarang yang telah memporak-porandakan permukiman penduduk dan kebun masyarakat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement